Selamat Membaca...
Aku membanting pintu penthouseku dengan sebal. Masih teringat dengan ciuman Zaqsa membuatku benar-benar ingin memutilasinya. Aku harus mandi dan mengahapus bekas bibirnya di bibirku. Bukan gimana-gimana ya, masalahnya bibirnya itu bekas bibir si cabe yang jablay abis. Kebayang kelakuannya aja bikin aku mual.
Aku masuk ke kamar mandi dan menggosok bibirku terlebih dahulu. Walaupun tadi cuma sekedar menempel tapi aku benar-benar tidak ikhlas. Melihat pantulan bibirku yang memerah akibat kugosok sedikir keras di cermin mengingatkanku dengan ciuman Valvo. Bibirku yang juga memerah setelah dicium dan dilumatnya.
"Shit, Cleo sadar. Valvo itu juga bocah gila sama seperti Zaqsa malah lebih parah. Oke Cleo... lupakan Zaqsa dan Valvo. Lupakan brondong gila macam mereka" gumamku meremas rambut panjangku.
Aku harus berendam air hangat agar pikiran hina ini cepat hilang. Aku melepas semua pakaianku dan masuk ke dalam bak yang sebelumnya sudah kunyalakan krannya. Yah walaupun masih berisi setengah tak masalah lah, setidaknya bisa berendam. Dengan aroma mawar yang segar benar-benar membuatku rileks dan mengantuk.
Hawa dingin membuatku terbangun dari acara berendam. Entah sudah berapa lama aku tertidur dalam bak, terbukti tubuhku sudah berkerut di mana-mana yang menandakan aku sudah terlalu lama di dalam air. Kuambil handuk dan pergi ke lemari pakaian. Pilihanku jatuh pada kemeja warna hitam milik Valvo. Warna hitam yang pasti bisa membuat hangat tubuhku yang sedang menggigil kedinginan ini.
Aku berjalan ke ranjang dan bergelung di dalam selimut mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Hingga mataku semakin lama semakin berat dan jatuh di dalam mimpi.
***
Ting Tong Ting Tong
Aku membuka paksa mataku yang masih sangat lengket, melirik jam dan ternyata sudah jam 9 pagi. Tapi aku benar-benar masih ingin tidur lagi efek ketiduran di bathtub.
Ting Tong Ting Tong
Ya ampun, Buldog monyet. Perasaan sudah aku kasih pasword deh kenapa masih pencet-pencet bel segala. Kusibakkan selimutku tanpa merapikan penampilanku terlebih dahulu. Lagian buat apa tampil oke kalau cuma Buldog aja. Dia kan sudah sering melihatku tampil gembel seperti ini.
Suara bel masih terus berbunyi dan sesekali disertai gedoran pintu, barbar amat sih bang. Dengan langkah terseok-seok akibat nyawaku masih belum terkumpul sempurna, kubuka pintu dengan sedikit keras.
"Sabar dong" semburku keras.
.
.
.
Aku mengerjabkan mataku berkali-kali, berharap sosok di depanku ini tidak nyata. Semakin lama bukanya menghilang tetapi semakin jelas dengan seringaian kecil keluar dari sudur bibirnya. Lalu pandangannya bergerak dari atas ke bawah tubuhku dan di akhiri dengan pujian brengseknya.
"Wow. Sexy" ujarnya dengan senyum mesum. Aku mengikuti arah pandangnya dan melotot kaget. Gimana tidak, aku yang mengenakan kemeja hitam tanpa bra dan hanya celana pendek yang tidak terlihat sedikitpun, dan tak lupa kancing atas kemeja sudah terlepas entah sejak kapan, benar-benar jauh dari kata sopan dan enak di pandang.
Dengan cepat kututup pintu tak peduli pintu itu akan rusak atau tidak. Aku memukul kepalaku berulang kali. Bego, bego, bego, kenapa aku bisa seceroboh ini sih.
"Hei.. Buka pintunya" ucapnya dengan sesekali menggedor pintu.
"Gak usah malu, lo sexy dan gue suka" dasar brondong hidung belang. Gimana ini, haduh kok aku jadi linglung sih. Oh ya aku harus ganti baju dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
Genel Kurgu(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...