Selamat Membaca...
Aku merenggangkan tubuhku di atas kasur, merasakan badanku yang terasa lebih segar dari pada semalam, rasa gatal di hidungku juga sudah tidak terasa lagi. Mungkin karena efek obat yang di berikan Valvo, aku akan berterima kasih dengannya nanti.
EKHEEM
Deheman keras mengagetkanku dari acara merenggangkan tubuh di atas kasur dan kepalaku langsung bergerak cepat menoleh ke sumber suara. Mataku membulat sempurna dan mulutku terbuka, ketika kulihat saat ini Buldog sedang tersenyum lebar ke arahku. Apa aku mimpi? Kucubit lenganku dan ouch sakit, ini nyata bukan mimpi.
"Lo gak mau meluk gue?" Buldog merentangkan tangannya keudara. Dengan cepat aku berlari menghambur ke pelukan Buldog, mendekapnya erat takut ini hanya imajinasiku saja.
"Lo bisa bunuh gue kalau meluknya seerat ini" Buldog terkikik geli mengomentari pelukanku "Biarin, nanti kamu ilang lagi kalau aku lepas"
"Nggak akan. Emang lo gak mau tau kenapa gue bisa ada disini?" mataku yang tertutup menikmati pelukanku dengan Buldog seketika terbuka mendengar ucapannya "Kenapa kamu bisa sampai disini? Di kamarku lagi. Bukanya kamu marah sama aku? Gak mau dengerin penjelasanku?" tanyaku beruntut. Buldog memukul dahiku pelan "Satu-satu tanyanya"
"Yaudah jelasin aja satu persatu" kataku tidak merasa salah "Lo ini, yaudah duduk dulu. Gue capek kalau berdiri terus" Buldog mengajakku duduk di ranjangku dan mulai bercerita padaku.
"Jadi gue kesini mau minta maaf sama lo" ucapnya mengawali ceritanya "Minta maaf? Kan aku yang salah udah gak jujur sama kamu dan bikin kamu kecewa terus marah sama aku. Aku minta maaf banget, jujur aku gak bermaksud buat... "
"Stop! Berhenti bicara dulu, kenapa cerewet lo gak ilang-ilang sih?" tanya Buldog membuatku cemberut "Udah bawaan lahir"
"Hahahaha.. Bawaan lahirmu jelek amat" Buldog tertawa mengejekku "Udah deh gak usah ngejek, ayo terusin ceritanya"
"Gue terusin tapi jangan potong ucapan gue, dengerin dulu sampai habis" aku mengangguk setuju.
"Gue mau minta maaf sama lo udah bersikap kekanakan seperti kemaren. Saat lo cerita itu gue merasa kecewa, sangat kecewa sama lo karena gak mau jujur sama gue soal masalah lo itu. Gue merasa tidak di butuhkan padahal selama ini lo selalu ngandalin gue. Gue berfikir semua perbuatan gue bikin lo jengah dan terbebani. Gue berfikir buruk tentang lo selama tiga hari ini, apalagi tentang lo yang berpacaran dengan laki-laki yang usianya jauh di bawah lo. Tapi setalah kunyuk keras kepala itu datang ke gue dan mendebat semua kata-kata gue dengan sialan baiknya gue jadi sadar. Sadar kalau ini hanya kesalahpahaman yang hanya butuh di selesaikan dengan kepala dingin. Maaf ya, udah terlalu protective sama o dan buat lo tidak nyaman untuk bersikap mandiri"
"Aku gak keberatan dengan keoverprotectivanmu. Waktu itu aku gak mau jujur karena kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu, dan yang aku tau kamu akan ninggalin semua kerjaanmu kalau tau aku punya masalah. Aku gak mau itu terjadi, karena pekerjaanmu selain penting untukmu juga penting buat karyawanmu yang gak ingin tempat kerjanya gulung tikar. Aku punya alasan sendiri untuk tidak jujur sama kamu" terangku ke Buldog.
Buldog tersenyum lebar dan menaikkan jari telunjuknya ke arahku "Baikan lagi" kusambut uluran jari kelingkingnya dan menautkan jariku ke jarinya "Baikan lagi" lalu kita tertawa bersama.
"Gue gak bisa terlalu lama marah sama lo. Kalau aja si kunyuk itu gak datengin gue mungkin aku masih pada ego guebuat tetap marah kapada lo"
"Si kunyuk? Kunyuk siapa sih?" tanyaku penasaran karena Buldog merasa beruntung dengan kedatangan si kunyuk ini "Kunyuk keras kepala yang sialnya cukup pintar adu debat sama gue, tapi dengan dewasanya tidak membalas hukuman yang gue berikan ke dia. Ya dia itu pacar brondongmu Valvo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...