Bad Day

33K 1.4K 9
                                    

Selamat Membaca..

Teet.. Teet.. Teet

Oh God, siapa sih malam-malem mencet-mencet bel. Aku menggerutu pelan dengan masih bergelung dalam selimut. Aku membelakkan mataku terkejut, baru ingat kalau gak ada yang tau aku tinggal disini. Trus siapa yang mencet bel? OB? Imelda? Atau jangan-jangn Tante Sandra? Waduh gawat.

Aku meloncat dari atas kasur dan berlari menuju pintu tanpa mempedulikan penampilanku yang mungkin sangat tak enak di pandang. Kubuka pintu di depanku dan ternyata... Huh lega. Bukan Tante Sandra ternyata. Tapi Buldog?

"Kenapa ekspresi lo kaya gitu. Lo ngira gue ayah atau Tante Sandra?" tanyanya mengejek. Sial.

"Dua-duanya. Ngapain sih kesini, malem-malem juga" ujarku sewot.

Kuputar tubuhku dan kutinggalkan dia menuju sofa. Kurebahkan tubuhku dan mencoba tidur kembali "Malem dari hongkong. Liat noh jam berapa sekarang" Buldog berjalan ke dapur karena aku mendengar suara pintu kulkas terbuka. Kulirik jam di atas TV ternyata jam 5 pagi.

"Ini masih jam 5, masih pagi banget. Ngapain sih nongol di rumah orang pagi-pagi. Gak sopan" teriakku dengan mata tertutup. Kudengar dia hanya mendengus dan tak menjawab teriakanku.

Suara benda saling beradu terdengar dari arah dapur. Sepertinya Buldog sedang masak sesuatu. Enaknya kalau punya suami macam dia, melek-melek udah langsung makan. Aku tersenyum membayangkan itu terjadi. Tapi sayang Buldog gak pernah anggap diriku lebih dari adik. Poor me.

Bau harum bumbu menyebar sampai ketempatku. Membuatku terjaga dan kuputuskan untuk menghampirinya ke dapur. Aku duduk di meja makan memperhatikannya yang sedang sibuk memasak nasi goreng. Mungkin. Merasa di perhatikan Buldog menoleh kearahku mengerutkan kening.

"Baju siapa yang lo pake itu? Lo gak lagi tidur sama cowok kan di tempat ini?" Buldog menghentikan kegiatannya memotong sayur dan menatapku tajam "Sembarangan. Aku masih jomblo jadi gak ada cowok di tempat ini, kecuali kamu. Kalau baju ini tuh milik Valvo anaknya Om Tyo. Di walk in closet nya banyak banget bajunya, sayang kalau gak di pake"

"Kenapa sayang sih? Bukan baju lo juga?"

"Aku kan ke sini gak bawa baju banyak. Trus gajiku kemaren juga udah aku beliin perlengkapanku sehari-hari jadi beli bajunya cuma dikit. Yaudah pake baju Valvo aja biar hemat" jelasku dengan cengiran lebar.

Bukannya setuju Buldog malah terlihat kesal "Kenapa gak bilang sih? Tau gitu gue beliin baju. Ntar pulang kerja kita pergi beli baju"

"Gak mau!" tolakku cepat. Sudah cukup aku bergantung pada Buldog, untuk masalah sepele seperti ini aku gak mau merepotkannya.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Gak mau aja. Aku gak mau ngrepotin kamu cuma soal receh kaya gini. Aku pengen mandiri dan aku akan beli bajuku sendiri pake gajiku"

"Gue gak ngrasa lo repotin kok. Gue gak ... " ucapannya sengaja kupotong agar masalah ini tidak semakin diperpanjang "Nggak ya tetep nggak. Aku akan bilang kalau aku butuh sesuatu tapi nggak untuk saat ini. Sekarang terusin aja masakmu itu, aku udah laper banget. Aku juga ada shif pagi" jawabku final. Buldog menghela nafas pasrah, dia melanjutkan memotong sayur sampai masakan itu siap tepat di depanku. Nasi goreng sayur, hemm yummy.

"Hemm baunya enak. Rasanya pasti juga enak" ucapku menghirup aroma nasi goreng dihadapnku.

"Selamat makan" teriakku

"ini benar-benar enak" kulihat Buldog tersenyum bangga dengan hasil masakannya.

"Masakan gue emang selalu enak. Cepet habisin" ucapnya sombong.

"Prettt"

***

Aku selesai mandi dan berganti pakaian siap untuk berangkat ke restoran. Di ruang tamu kulihat Buldog masih santai dengan segelas kopi panas di depannya.

"Gak kerja Chef?" tanyaku duduk di dekatnya dengan mengikat tali sepatuku. Dia tidak langsung menjawabnya tapi masih diam fokus pada acara di TV. Penasaran kulihat acara apa yang sedang tayang dan ternyata hanya deretan iklan sponsor.

"Gue ke Inggris hari ini" jawabnya parau. Oh jadi dia mau keluar negeri. Ngapain?

"Grenma sakit dan gue disuruh kesana" belum sempat aku bertanya Buldog sudah mengatakannya lebih dulu. Wajahnya terlihat tidak senang. Tentu saja lah, neneknya sakit Cleo, wajar aja dia sedih.

"Yaudah kamu berangkat aja. Nenekmu pasti butuh kamu. Lagian kamu kan cucu kesayangannya" aku ingat betul bagaiman neneknya memerlakukannya bagai anak raja.

"Tapi gue gak pengen pergi"

"Why?" dia menoleh kearahku dengan wajah khawatir. Kenapa sih ini orang.

"Lo ikut ma gue ya. Gue gak bisa ninggalin lo disini sendiri. Lo tanggungjawab gue saat ini. Kalau lo gue tinggal trus terjadi sesuatu sama lo gue gak bisa maafin diri gue sendiri. Lo adik gue, ingat?!"

Please deh. Aku bukan bayi yang harus di jagain terus, aku udah 23 tahun loh.

"Buldog, denger. Aku udah gede dan udah bisa jagain diriku sendiri. Tujuanku kesini kan juga pengen mandiri, kalau kamu jagain terus apa bedanya sama di Bali. Please gak usah terlalu khawatir sama aku. I am oke and will be oke" ucapku menyakinkannya. Walaupun bukan kakak kandung tapi Buldog selalu mengkhawatirkanku melebihi keposesifan kakak kandung. Kadang membuatku jengah tapi juga membuatku bersyukur bisa memilikinya.

"Aku cuma gak ingin terjadi sesuatu. Gue sayang sama lo" Buldog memelukku dengan erat dan kubalas memeluknya juga.

"Tenang saja, aku akan langsung menelfonmu kalau ada apa-apa. Disini juga ada Om Tyo dan Tante Sandra yang jagain aku"

"Gue tau, tapi kalau bukan gue sendiri yang jagain lo, gue tetap tak tenang" ucapnya mengelus rambutku.

"Yaudah, jangan lama-lama disana. Kamu cepet balik biar bisa jagain aku disini" ucapku melepas pelukannya. Aku melirik jam dan setengah jam lagi restoran buka.

"Aku bisa telat kalo masih disini. Aku berangkat sekarang. Jangan lupa buat hubungin aku kalau udah sampai disana" Buldog mengangguk, merapikan rambutku dan mencium dahiku pelan. Aku mencium pipinya dan berangkat kerja.

"Bye"

"Bye" jawabnya.

***

Drtt.. Drtt.. Drtt

From : Bocah gila

Temuin gue di cafe blackdaz jam 11

Jam 11 mah aku masih kerja, seenaknya aja ini bocah. Balas nggak balas nggak balas nggak. Yaudah balas aja deh, dari pada ngira aku kabur. Tambah ribet urusannya entar.

To : Bocah gila

Gue kerja

Singkat dan padat. Itu cukup buatnya. Sekarang bisa tenang kerja tanpa harus ketemu bocah gila itu. Kuteruskan perjalananku ke kantor dan ada chat masuk lagi ke HP ku.

From : Bocah gila

Cafe Underground jam 6. Alesan lagi gue datengin bos lo sekarang juga.

Buset. Ngancam mulu kerjaannya. Udah ngambil KTP ku juga, masih aja pengen ketemuan sama bos. Bocah jaman sekarang makin absurd aja.

To : Bocah gila

Ya

Bad day. Buldog pergi dan aku harus ketemu sama bocah gila itu, lindungi Cleo ya Tuhan.

###

Terima kasih atas kunjungannya..

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang