Selamat Membaca...
"Sayang... Aku mau minum" teriak Valvo dari dalam kamarnya, aku membrengut kesal.
"Iya.. Tunggu bentar"
Aku berjalan ke arah dapur mengambilkan minum untuk Valvo. Ingin sekali kumasukkan garam kedalam minumannya dari pada gula yang saat ini sedang kupegang. Aku benar-benar sudah di perbudaknya, bukan, sudah diperbabunya. Jadi teringat kisah cinderela yang sering di bayangin Sely, apa mungkin aku terkontaminasi ucapan Sely trus beneran jadi babu.
"Sayang... "
"Iya.. Ini lagi dibuatin" teriakku keras ke Valvo.
Setelah kesalahanku bicara-aku mau ngelakuin apapun asal Valvo mencabut tuntutannya-aku harus menuruti kemauannya. Semuanya, apapun yang dia inginkan. Termasuk mengambilkan minum, makan atau apapun hal sepele yang bisa dia lakuin sendiri. Valvo benar-benar ingin mengerjaiku. Harga diriku terluka, bisa-bisanya terjebak dalam permainan bocah sinting macam Valvo.
Kuantar minuman yang kubuat ke dalam kamarnya. Kupikir dia sedang sibuk dengan tugas kuliah sampai harus menyuruhku, nyatanya dia sedang serius dengan PSnya di dalam kamar. Sial.
"Ini minumnya tuan" sarkasku
"Hem"
Valvo fokus dengan permainan di depannya itu, tidak mempedulikanku. Kuputuskan untuk keluar saja dari pada aku emosi dan menyiramkan air yang telah kuletakkan di meja ke atas kepalanya.
Dan hari-hariku selanjutkan harus kuterima dengan lapang dada dikerjai berkali-kali oleh Valvo. Sudah kucoba memberontak tapi telepon dari pengacaranya menghantuiku, dasar sukanya ngadu aja. Aku pasrah, mungkin sudah nasibku jadi babu seperti kata Sely.
"Sayang... Kesini dong" suara teriakan Valvo dari ruang TV terdengar dari dalam kamarku, aku mendengus keras dan tidak menjawabnya. Pura-pura saja tidak mendengar "Sayang... Kalau kamu gak cepet kesini aku telepon pengacaraku"
Dengan berat hati aku keluar kamar tak lupa bantingan keras menimpa pintu kamarku, aku butuh pelampiasan. "Apa?" tanyaku judes
"Sini, duduk di dekatku" aku mengikuti kemauannya dengan duduk di sebelahnya. Saat ini Valvo sedang duduk bersila dan menyenderkan badanya di sofa dengan tangan memegang stick PS, bermain sepak bola. Perlu kalian tahu kalau di apartemen ini terdapat berbagai macam alat permainan berbau teknologi canggih, tak heran sih Valvo kan jenius IT yang sinting.
Aku sudah duduk manis di dekatnya, Valvo mempause permainnya dan memutar tubuhnya ke arahku. Dia terkekeh melihatku yang manyun, lalu tanpa bisa kucegah Valvo memutar tubuhku dan menarik tubuhku keatas tubuhnya. Sehingga punggungku menempel pada dada bidangnya, lalu tangannya melingkari tubuhku, memelukku dari arah belakang. Valvo kembali mengambil sticknya dan memulai lagi permainannya itu. Aku yang tersadar dari posisi menghawatirkan ini mencoba memberontak tapi pelukan Valvo semakin erat.
"Apaan sih"
"Temenin aku main, kalau gak mau aku telepon ke pengacaraku" ucapnya masih fokus kepermainannya. Aku masih mencoba memberontak tapi pelukan Valvo juga semakin erat. Akhirnya aku berhenti memberontak dan menempelkan belakang kepalaku ke dadanya, pasrah.
Valvo terkekeh geli dan mengacak rambutku "Gini kek enak, pake berontak-berontak segala"
Kuabaikan ucapannya dengan menerima posisi ini dan mencoba menikmatinya, berontak juga percuma jadi ya sudah. Sebenarnya jantungku berdetak tak karuan, perutku juga mulas dengan posisi yang ada tapi kucuba menetralkannya dengan menarik dan membuang nafas beruang kali, dan lumaya berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...