Kepikiran

22.7K 1.2K 5
                                    

Selamat Membaca...

Keesokan harinya aku masih di rumah Tante Sandra. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun untuk membantu Tante Sandra memasak. Bukan untuk cari muka di depan calon mertua tapi sebagai bentuk sopan santun dan tamu yang tau diri.

Masakan yang aku bantu buat kebetulan makanan kesukaan Valvo kata Tante Sandra. Bisa saja bikin acara kebetulannya. Duh punya calon mertua ngebet banget pengen kita jadi mantunya itu bikin repot. Gimana nggak? kalau dikit-dikit ngode dikit-dikit nyindir. Semuanya kok dikit-dikit ya ntar jadi banyak lah Tan.

Makanan yang kami buat sudah selesai, beberapa jenis sayur dan lauk pauk. Para kaum lelaki a.k.a Om Tyo, Arkan dan Valvo datang dari arah ruang tamu. Mereka habis lari pagi keliling komplek, rutinitas mereka saat hari minggu.

Setelah mandi dan berganti pakaian mereka bertiga duduk di meja makan. Kursi utama diisi Om Tyo dan di samping kirinya ada Tante Sandra. Sementara sisi kanan Om Tyo ada Arkan dan Valvo, otomatis aku duduk di sebelah Tante Sandra dan di depan Valvo. Semuanya makan dengan tenang sampai celetukan Tante Sandra membuat suasana jadi ramai.

"Ini yang masak Cleo loh. Enak kan?"

"Enak Ma, calon istriku emang the best. Gimana Mama setuju gak sama calon istriku ini?" tanya Valvo ke Tante Sandra. Jawab nggak please. Tante sebenarnya aku suka kalau bisa jadi anak Tante tapi untuk jadi mantu dan istri Valvo, Cleo gak yakin Tan.

"Tentu saja, Mama sangat setuju sekali" Tante Sandra berseru heboh. Aku menelan ludah susah payah dan akhirnya tersedak ludahku sendiri "Ukhuk.. Ukhuuk.. Ukhuuk" tenggorokanku sakit sekali dan mataku sudah berair. Dengan sigap Tante Sandra yang ada di dekatku mengambilkan air putih untukku, Tante Sandra mengusap bahuku pelan "Cleo hati-hati, nak".

"Sebaiknya kita makan dulu lalu bahas itu nanti. Kalian gak mau bikin Cleo tersedak terus gara-gara mendengar percakapan kalian itu kan?" Om Tyo mengatakannya dengan melirik ke arahku, tersenyum menggoda. Om-om satu ini suka banget godain. Heran deh.

Semuanya mengangguk menyetujui. Selamat untuk kali ini, nanti? Entahlah.

***

Aku benci senin pagi, kenapa? Karena udah shif pagi macet lagi. Dan bertambah buruk dengan otakku yang masih kepikiran dengan kejadian kemarin di rumah Tante Sandra. Setalah sarapan pagi Om Tyo memutuskan untuk berkumpul di ruang keluarga membicarakan semuanya. Aku tak dapat menjelaskan ataupun membantah ucapan dari Tante Sandra, aku hanya dapat pasrah dan berharap hari itu akan segera berakhir.

Apalagi ketika Tante Sandra mengatakan akan datang ke Bali melamarku ke ayah. Tak cukup itu saja, rencananya Valvo juga akan tinggal di penthouse bersamaku. Kalau saja ini acara uji nyali aku akan melampaikan tangan menyerah.

"Lo kenapa Cle?" tanya sely yang melihatku murung "Biasa. Masalah keluarga" jawabku singkat.

"Oh ya. Waktu lo cuti ada karyawan baru jablay banget. Dandanannya, pakaiannya sampe cara ngomongnya murahan banget. Ati-ati aja jangan ampe muntah kalo ketemu dia" ucap Sely dengan ekspresi berubah-ubah.

"Ada ya orang kek gitu?"

"Di Jakarta mah banyak banget. Dan gosipnya dia lagi deketin Chef tersayang lo itu" kok bisa sih si Sely buat ekspresi kaya gitu. Aneh tapi lucu.

"Siapa juga sih yang gak suka sama Gafriel. Udah ganteng, kaya, multitalen lagi" jelasku. Kalau ada yang bisa nolak pesona Gafriel orang itu pasti buta, aku aja udah ngerasain kok.

"Iya sih. Tapi gitu deh, lebay banget pokoknya"

"Cle.." suara Gafriel menghentikanku untuk menjawab ucapan Sely. Melihat Gafriel ingin berbicara denganku Sely pergi keluar dari ruang ganti pegawai.

"Gue keluar dulu ya" ucapnya ke padaku "Permisi Chef" ujarnya sopan. Gafriel duduk di sebelahku dan memelukku erat, beberapa hari gak ketemu kangen juga.

"Kangen" ujarnya saat masih memelukku

"Baru beberapa hari juga udah kangen. Aku emang selalu ngangenin" ucapku bercanda. Gafriel terkekeh pelan dan melepas pelukannya.

"Preeeet... Ntar nonton yuk, dah lama gak keluar"

"Boleh deh. Aku juga lagi butuh hiburan"

"Pulang kerja gue tunggu di depan. Oke?" kuacungkan ibu jariku sebagai tanda setuju.

"Kutil kodok. Apaan tuh?" teriakku heboh. Diujung ruangan ada sebuah kaca besar satu arah ke arah dapur. Dimana dari ruang ganti pegawai bisa melihat dapur tapi dari dapur hanya berupa cermin. Disana ada seorang cewek dengan dandanan menor mengaca dengan memonyong-monyongkan bibirnya sok seksi. Dandananya terlalu berlebihan, alis super tebal dengan pipi seperti habis di gampar orang, seragam ketat di bagian dada dan pantat. Apa mungkin dia ondel-ondel yang dimaksud Sely tadi?

"Itu Angel, pegawai baru kita. Baru dua hari kerja"

"Yakin nerima dia jadi pegawai? Maksudku tampilannya itu loh. Bukannya apa-apa tapi kamu gak takut para pelangganmu kabur?"

"Awalnya gue juga mikir gitu, tapi dia nangis-nangis di ruangan gue. Dari pada gue di tuduh macem-macem ya udah gue terima. Gak tega liat cewek nangis walaupun model kek gitu. Sekarang dia aku tempatin di asisten kasir. Biar gak ketemu banyak orang" ucap Gafriel panjang lebar.

"Uh cowok playboy berhati hello kitty" ejekku ke Gafriel yang dihadiahi cubitan di kedua pipiku.

###

Maaf pendek..

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang