Sedikit Panjang.. Selamat Membaca
Dan semenjak kejadian 'membonyokkan junior orang' Zaqsa menghindariku. Terbukti sudah tiga hari dia tidak menyuruhku pergi ke kampus atau pun menemaninya nongkrong. Alasannya sih ada latihan drif, tapi aku tau dia menghindariku sejak insiden itu. Jelas sekali dia takut karena pulang dari cafe dia hanya diam dan sesekali melirikku dengan menelan ludah susah payah. Seorang Zaqsa takut membuatku ketawa keras. Zaqsa yang terkenal dan disegani bahkan di takuti oleh teman kampusnya takut padaku karena keahlianku 'membonyokkan junior orang'. Dan akhirnya aku bisa juga menaklukan dan mendisiplinkan Zaqsa si bocah gila.
Berhubung sedang dapat libur jadi asisten Zaqsa, aku berencana untuk mengunjungi Om dan Tante Sandra. Aku mendapatkan 2 hari libur dalam rangka memperingati ulang tahun tempatku kerja, jadi kuputuskan untuk pergi mengunjungi Om dan Tante Sandra besok walaupun besok weekand dan jalanan pasti macet.
Aku menghubungi Tante Sandra, dan beliau sangat senang aku bisa datang kerumahnya. Beliau berjanji akan memasakkan makanan enak untukku, tentu saja aku setuju. Makanan enak dan gratis pantang ditolak.
Tak butuh banyak persiapan, cukup beberapa potong pakaian dan kebutuhan lainnya. Paling penting charger Hp gak boleh ketinggalan. Oke, sekarang tidur buat persiapan besok.
Jam 8 pagi aku sudah bersiap diri. Sebelumnya aku sudah menghubungi Buldog untuk meminjam salah satu mobil miliknya. Dari semua mobilnya, Honda jazz warna putih jadi pilihanku. Salah satu sopir Buldog yang mengantar mobil yang akan aku pakai ternyata sudah berada di loby bawah. Aku segera turun untuk menemuinya.
Setelah mengucapkan terima kasih aku segera berangkat ke rumah Tante Sandra. Tak butuh waktu lama, cuma butuh 1 jam-an aku sudah sampai di depan gerbang hitam rumah Tante Sandra. Pak Satpam yang ku tahu namanya Pak Goni membukakan gerbang untukku dan mempersilahkanku masuk.
Aku keluar dan membuka pintu belakang untuk mengambil tas ranselku. Bik Sani-pembantu Tante Sandra-sudah berdiri di depan rumah menyambutku.
"Sini non. Saya bawakan tasnya" ucap bik Sani sopan.
"Gak usah bik. Gak berat kok" tolakku halus. Walaupun sudah tugas bik Sani tapi hanya tas yang gak ada apa-apanya ini gak perlu juga sampai harus di bawain. Sama bik Sani pula, yang umurnya lebih tua dariku.
"Tante dimana bik?" sambungku lagi.
"Nyonya lagi kerumah temenya sebentar. Katanya temennya habis melahirkan jadi nyonya mau jenguk, kata nyonya non juga disuruh istirahat di kamar saja kalau non capek" bik Sani mengantarku menuju sebuah kamar di lantai atas. Kamar itu berada di sebelah balkon lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Valvo-anaknya Tante Sandra-kata bik Sani. Mendengar nama Valvo membuatku teringat dengan bocah gila yang gak sengaja ketemu di kampus Zaqsa. Nama mereka sama tapi orangnya tentu berbeda kan? Pastinya. Ini kan bukan FTV yang bisa sekebetulan seperti itu.
"Silahkan non. Kalau butuh apa-apa panggil saya saja. Saya ada di dapur kalau nggak ya di kebun belakang" ucap bik Sani membukakan pintu kamar untukku "Makasih bik. Maaf udah ngrepotin" ujarku sungkan.
"Gak papa kok non. Itu sudah tugas bibik, saya permisi dulu" bik Sani pergi meninggalkanku di kamar "Iya bik" jawabku.
Kusapukan pandanganku ke segala arah mengamati interior kamar semalam ku ini. Kamar tak kalah besar dari kamar di penthouseku. Disini ada sebuah ranjang sedang, meja belajar, meja rias, almari buku, almari baju dan sebuah kamar mandi. Ada beberapa hiasan dinding berupa lukisan dan sebuah foto besar cewek cantik di atas tempat tidur. Sepertinya ini kamar dari cewek itu. Tapi siapa cewek itu? Setauku Tante Sandra cuma punya 2 anak cowok. Lha ini siapa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...