Mogok Bicara

18.9K 1K 14
                                    

Selamat Membaca...

Aku melewati Valvo yang sedang memasang sebuah pigura di dinding ruang TV. Foto siapa yang di pajang aku tidak peduli dan tidak ingin melihatnya, karena saat ini aku sedang melaksanakan protes dengan mogok bicara dengan Valvo seperti perkataanku malam minggu kemarin. Aku sudah siap untuk bekerja, tinggal memakai sepatuku saja. Valvo mendekatiku dan duduk di depanku tapi kuabaikan.

"Berangkat sekarang?" tanyanya.

Aku pura-pura tidak mendengarnya dengan tetap berkutat dengan sepatuku "Hei.. Mau berangakat sekarang?" tanyanya lagi dan aku masih tetap tidak mempedulikannya. Sekarang aku mencoba menyibukkan diri dengan Hpku menunggu 5 menit lagi agar angkot yang biasa kupakai sampai di jalan depan apartemen.

"Kamu udah sarapan? Sarapan roti mau gak?" masih tetap ku acuhkan pertanyaan Valvo yang di tujukan padaku. Aku mogok bicara dan berinteraksi dengannya, jadi jangan harap aku menjawab pertanyaanya.

"Kamu beneran mogok bicara denganku?"

Huh baru sadar? Kemana aja dari kemaren.

"Aku pikir kamu cuma bercanda. Aku kan udah minta maaf, aku ngelakuin itu semua karena aku sayang sama kamu. Perjanjian itu aku buat karena aku gak bisa kalau kehilangan kamu. Dan soal hukuman itu karena aku gak mau kamu selingkuh dan masuk neraka karena itu" aku melotot mendengar ucapannya, bisa-bisanya mendoakanku masuk neraka. Yang ada dia itu yang masuk neraka gara-gara menyiksaku. Aku mencoba tetap terlihat sibuk padahal ingin sekali memaki-makinya.

"Kamu lihat pigura yang aku pasanga itu?" ucapnya yang sepertinya menunjuk ke arah pigura yang di pasang dia tadi "Lihat dulu, bentar aja" perintahnya karena aku masih melihat ke Hpku. Aku melirik sekilas ke arah pigura dengan ukuran A3 mungkin, yang jelas pigura itu besar dan tulisannya terlihat dari tempatku duduk.

Shit. Apa Valvo gila? Stres? Psiko? Ya ampun. Aku membulatkan mataku shock, benar-benar shock dengan kelakuan aneh bin ajaib ala Valvo. Mau tau apa isi pigura itu? Pigura itu berisi foto scan surat perjanjian yang sudah aku dan Valvo tanda tangani. Sinting, Valvo sinting.

"Buat apa itu?" tanyaku menunjuk pigura berisi perjanjian kita berdua "Akhirnya mau bicara juga" ucap Valvo tidak menjawab pertanyaanku

"Jawab! Maksudnya apa pake di pigura segala? Segede itu lagi" ujarku sebal.

Dengan gaya santainya Valvo berucap "Buat pengingat kamu aja, kalau kamu bandel dan tidak mematuhi perintahku kamu akan dapat hukuman. Dan kalau kamu masih bandel juga padahal sudah kuhukum, terpaksa deh. Perjanjian itu aku kirim ke pengacara keluargaku dan kupastikan dendanya tidak sedikit, bahkan bisa sampai dipenjara juga"

"Kenapa kamu suka banget mengancamku sih?" ucapku tidak terima "Aku tidak akan mengancamu kalau kamu mau patuh dan mengikuti semua kemuanku"

Ada yang punya bensin gak? Aku mau bakar si Valvo sinting yang sedang tersenyum mengejek di depanku itu. Apa dosaku terlalu banyak Tuhan, sampai cobaanku sekeji ini?

"Terserah" teriakku, berdiri menuju pintu. Aku harus segera keluar dari apartemen sebelum aku hilang kendali dan memutilasi Valvo jadi butiran debu

"Kembali kesini, ingat perjanjiaanya" teriaknya sebelum aku mencapai pintu keluar "Kalau kamu gak berhenti aku bakal kirim surat perjanjian kita ke pengacaraku" teriaknya lagi tapi tak kuhiraukan karena sekarang aku sudah keluar bersiap untuk kerja. Bodo amat lah. Paling juga bohong, tega banget kalau sampai beneran terjadi. Dia harus didisiplinkan biar hormat sama yang lebih tua.

***

Valvo beneran tega, bocah gak berperasaan, bocah kejam. Masak dia beneran kirim surat perjanjian kita ke pengacaranya dan dia juga mengajukan tuntutan untukku karena telah melanggar perjanjiaan yang dibuat. Bagaimana ceritanya? Sini aku certain.

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang