Selamat Membaca..
Aku menelan ludahku susah payah saat semua mata menatapku. Aku tersenyum kikuk dan tubuhku berkeringat dingin mengingatkanku saat sidang skripsi dua tahun yang lalu, boleh aku pergi sekarang? Gak kuat kalau harus di tatap seperti itu.
"Cleo, yang di bilang Valvo itu benar?" tanya Tante Sandra penasaran. Aku boleh bohong gak? Boleh jawab tidak?
Kayaknya gak bisa karena Valvo menatapku dengan tajam. Kenapa aku bisa diem tak berkutik hanya gara-gara seorang bocah gila? Padahal biasanya aku selalu bisa mengatasi hal kaya gini dengan mudah. Ya Zaqsa salah satu contohnya. Tapi kenapa untuk satu bocah ini rasanya sulit sekali. Sejak pertemuan kedua kita aku sudah merasa terintimidasi hanya bertatapan muka dengannya.
Aku mengangguk pelan sebagai jawaban. Tante Sandra menutup mulutnya dengan tangan sedikit shock dengan kebetualan ini. Suanana menjadi sedikit canggung membuatku harus segera memberikan penjelasan ke pada semuanya, tapi mulai dari mana itu yang saat ini aku bingungkan.
"Eeeee...." aku mencari kata-kata yang tepat untuk memulai menjelaskan masalah ini. Pikiranku benar-benar kosong, aku butuh pahlawan super sekarang juga.
"Gimana? Kalian suka sama ibu peri Valvo?" Valvo mengedipkan sebelah matanya kearahku. Sepertinya dia tau aku kesulitan mencari kata-kata, tapi maaf aja aku gak akan mengakuimu sebagai pahlawan.
"Ekhem.. Kalau cewek yang ini papa setuju banget" Om Tyo berdehem kecil untuk mengurangi kecanggungan yang ada. Lalu beliau mengedipkan sebelah matanya padaku. Duh bapak sama anak ternyata sama aja.
"Tapi umur kalian beda jauh, kamu yakin?" mendengar kata umur dari mulut Tante Sandra membuatku down. Berasa jadi tante-tante ganjen yang godain brondong.
"Ma.. Pernah denger hubungan paling berat itu apa? Perbedaan rumah ibadah. Kita udah seagama, mau Cleo 10 tahun lebih tua atau tinggal di kutub bagi Valvo gak masalah. Apapun asal dengan Cleo" ujar Valvo mantap. Gak pantes kalau Valvo jadi bocah umur 19 tahun, omongannya terlalu berat dan menyakinkan untuk anak seumurannya. Duh serem.
"Mama rasa permbicaraan ini cukup sampai sini aja. Mama akan ke atas dan Cleo tolong ikut Tante" glek, aku berasa menelan sebongkah batu bata beserta sanak saudaranya. Om Tyo dan Arkan menatapku khawatir sedangkan Valvo memberiku semangat dengan mengepalkan tangannya ke udara. Fix dia gila, aku mau masuk kandang macan malah di semangatin. Dicegah kek.
Tante Sandra berjalan masuk ke kamarku dan menyurukku duduk di kasur. Kami duduk saling berhadapan.
"Mau ceritain gimana kronologinya dari awal?" tanya Tante Sandra tanpa basa-basi. Aku menghela nafas panjang dan mulai menceritakannya dari awal, bagaimana aku bisa berada di jakarta dan bagaimana pertemuan awalku dengan Valvo.
"Tapi sekarang Valvo jadi beda sama yang dulu. Dulu dia terlihat em-culun dan pertemuan kedua dan ketiga kita dia terlihat lebih bebeda" ucapku membandingkan perubahan Valvo. Tante Sandra tersenyum kecut dan menerawang jauh, sepertinya mengingat masa lalu. Lalu tiba-tiba Tante Sandra memelukku dengan erat sampai membuatku sesak.
"Tante.. Cle..o susah na..pas" ucapku terbata-bata karena sesak "Aduh maaf maaf, Tante terlalu bahagia" alis kiriku terangkat bingung dengan alasan kebahagiaan Tante Sandra. Melihat kebingunganku Tante Sandra tersenyum dan mulai menjelaskan kepadaku.
"Dulu Valvo sangat pendiam. Dia lebih suka di kamar dari pada bersosialisasi dengan teman-temannya. Dia sangat suka komputer dan semenjak masuk SMP kegilaannya dengan komputer semakin menjadi-jadi. Tiap hari cuma dikamar, keluar-keluar hanya untuk sekolah atau urusan keluarga. Kita gak tau apa yang dilakukannya, yang penting dia tidak terjerat narkoba dan pergaulan bebas kami tidak melarangnya. Sampai suatu ketika, ada beberapa orang dari Rusia mendatangi kantor Om Tyo" Tante Sandra menghentikan ceritanya sebentar membuatku penasaran. Kenapa dengan Om Tyo dan orang Rusia?
"Orang Rusia itu mengaku perusahaannya telah di hack oleh Valvo. Kami awalnya tidak percaya tapi saat kita mendobrak kamarnya yang selalu di kunci ternyata disana banyak sekali komputer dan alat-alat aneh lainya. Tante tidak tau itu apa, dan saat Valvo kami intograsi di mau jujur bahwa dia yang melakukannya. Padahal dia waktu itu masih umur 14 tahun" wow, aku berurusan dengan orang jenius ternyata.
"Semenjak kejadian itu kami lebih mendekatkan diri dengan Valvo. Lama-kelamaan Valvo bisa terbuka dengan kami tapi masih susah untuk bersosialisasi dengan temannya karena kepercayaan dirinya yang kurang. Saat SMA adalah saat menyakitkan bagi Valvo terjadi, dia yang susah bersosialisasi membuat teman-temannya menganggap dia sombong dan mulai membullinya. Hampir setiap hari ada memar bersarang di tubuhnya, dia juga hampir frustasi dan ingin keluar dari sekolah sampai dia bertemu dengan ibu perinya" Tante Sandra tersenyum melihatku dan menggenggam kedua tanganku lalu meremasnya pelan.
"Berkat Cleo, Valvo bisa berubah, Tante senang sekali. Dan Tante Sangat bersyukur bahwa ibu perinya itu kamu" tanganku dilepaskan lagi dan Tante Sandra kembali bercerita.
"Waktu itu Valvo pulang malam dan wajahnya penuh lebam. Saat Tante tanya dia bilang dia bertemu ibu peri cantik yang seksi. Tante awalnya bingung, apa hubungannya wajah lebam dan ibu peri. Tante pernah berfikir Valvo gila dan mau Tante bawa ke psikiater. Tiga bulan dia masih dengan beberapa lebam di wajah dan tubuhnya sampai hari berikutnya Tante melihat perubahan pada penampilannya. Tubuhnya semakin berisi dan berbentuk, dia juga memotong rambutnya dan berangkat ke sekolah dengan motor milik Arkan. Padahal yang Tante tau Valvo tidak bisa menyetir, yang lebih parah Tante mendapat panggilan dari kepala sekolahnya kalau Valvo menghajar kakak kelasnya sampai ada yang pingsan. Valvo bilang ibu perinya menyuruh dia untuk belajar beladiri biar bisa melindungi dirinya sendiri" aku tidak tau kalau aku penah bilang gitu, yang aku ingat cuma bagian ciuman yang hot itu saja. Haha abaikan, mode mesum on.
"Cleo gak inget kalau pernah nyuruh Valvo begitu Tan"
"Itu udah lama, tentu saja kamu sudah lupa. Tapi tidak bagi Valvo karna berkat dirimu rasa percaya dirinya jadi naik dan dia mau berubah agar bisa menunjukkannya kepadamu ketika kalian bertemu. Orang tuanya saja hanya dianggap angin lalu waktu dulu menyuruhnya berubah" aku meringis kecut mengetahui Valvo berubah demi diriku.
"Kamu tau kan kalau Valvo anak kandung kami satu-satunya. Jadi kami ingin dia yang meneruskan perusahan kita yang disini bukan berada di Kanada"
"Emang kenapa dengan Kanada Tan?" tanyaku penasaran. Kenapa semua orang melarang Valvo pergi ke Kanada.
"Ada perusahaan terkenal yang mengadakan pengrekrutan remaja muda berprestasi dalam bidang teknologi, dan Valvo mendapat tawaran itu semenjak insiden dengan perusahaan dari Rusia" ujar Tante Sandra menjawab pertanyaanku. Wow, gak tau mau komentar apa. Valvo bocah jenius yang gila.
"Jadi kamu mau kan menikah dengan Valvo?" apa? kok?
"Bukanya tadi Tante bilang kalau umur kita berbeda jauh, trus kenapa malah minta Cleo buat nerima Valvo?" aku bingung. Bener-bener bingung "Tadi Tante hanya mencoba meyakinkan Valvo saja. Sebenarnya tante sangat senang mengetahui ibu perinya itu kamu walaupun awalnya tante sangat shock" Tante Sandra mengusap pipiku pelan dan tersenyum hangat kepadaku
"sejak kamu lahir Tante sudah sayang denganmu dan pengen jadiin kamu anak, tapi itu gak mungkin karena kamu masih punya orang tua. Dulu Tante pernah berfikir untuk menjodohkanmu dengan Arkan tapi sekarang malah kamu dengan Valvo, tak apa yang penting kamu bisa jadi menantu Tante"
Terlalu banyak kejutan yang kuterima hari ini membuatku shock dan linglung. Aku tak bisa mencerna ucapan Tante Sandra apalagi yang bagian menikah dengan Valvo. Aku menikah? Selama 23 tahun hudupku tak pernah aku berfikir sampai kesana. Mau di jodohin ayah aja aku kabur, dan sekarang? Og God! Please help me. Jika ayah tau apa aku masih bisa hidup?
Melihatku yang terdiam membuat Tante Sandra tersenyum maklum "Pasti kamu masih shock. Kamu masih bisa memikirkan permintaan Valvo dan keluarganya ini, Tante harap kamu mau menerima Valvo. Ya sudah, istirahatlah. Tante akan turun ke bawah. Good night" Tante Sandra mencium keningku pelan dan berjalan ke arah pintu. Sebelum pintu tertutup ku ucapkan selamat malam balik ke Tante Sandra.
"Good night too"
Aku merebahkn tubuhku ke kasur dan menutupnya dengan selimut. Hari yang melelahkan dengan banyak kejutan. Pikiranku rasanya penuh membuatku pening, aku harus tidur dan berharap ini hanya mimpi buruk.
###
Terima Kasih telah mampir..
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...