Takut Karma

33.7K 1.7K 21
                                    

Selamat Membaca..

Aku masih ingat betul dengan wajah cowok SMA yang sedang berdiri disamping mejaku ini. Wajah yang membuatku sebulan susah tidur terbayang bagaimana hotnya kita waktu berciuman. Upsss forget it Cleo.

Cowok itu menyeringai kearahku. Sampai sekarang aku masih belum tau dengan namanya, dan juga tak berkeinginan mencari tahu. Dia terlihat lebih keren dari pada yang dulu. Jaket kulit warna hitam, seragam yang dikeluarkan dan rambut acak-acakan, sepertinya dia sudah berubah.

Dia pura-pura batuk mendapatiku mengamati penampilannya. Membuatku memalingkan wajah ke arah cake di depanku, sumpah itu memalukan. Dengan tanpa persetujuanku dia duduk depanku.

Aku mencoba mengabaikannya dan berpura-pura tidak mengenalnya dengan fokus ke dalam makananku. Tapi kata-katanya membuatku terkejut.

"Lo tau. Tubuhku sekarang tidak sekecil dulu dan sekarang jaket ini sudah pas ditubuhku. Ibu Peri" ucanya dengan menekankan kata ibu peri. Membuatku kembali memperhatikan penampilannya.

Benar. Itu jaket milik Buldog yang dulu ku berikan padanya. Dan benar lagi kalau jaket itu sudah pas dengan bentuk tubuhnya yang sekarang. Apa dia rajin olahraga semenjak kejadian dulu? Apa dia masih di bully teman-temannya? Apa dia.. Kenapa jadi mikirin hal itu sih. Peduli amat dah, urusan dia juga.

"Tenang aja. Sekarang gue gak lemah kaya dulu. Gak ada yang berani bully gue lagi" apa dia bisa baca pikiranku? Apa jangan-jangan ini bocah belajar dukun juga selain olahraga membentuk badannya.

"Gue gak bisa baca pikiran kok. Cuma dari wajah cantik lo gue udah tau apa yang ingin lo tanyain ke gue. Apa lo udah punya pacar?" aku menatapnya tajam. Setelah ngomong gak jelas panjang lebar sekarang nanyain pacar. Wrong question, nanyain pacar di orang jomblo. Mau ngejek?

"Jawab dong. Lo gak berubah jadi bisu kan?"

"Kalo lo gak punya pacar gue mau kok jadi pacar lo" oh God. Cerewet banget ini bocah, perasaan dulu culun deh. Kenapa jadi berubah gesrek kaya gini sih. Dan apa? Aku jadi pacar dia? Emang kelihatan banget ya aku jomblonya, duh pengen nangis deh. Mendingan pergi aja dari sini, dari pada tambah ketahuan jomblo ngenesku yang bikin ayah uring-uringan nyuruh cepet nikah.

"Sinting" umpatku ke arahnya. Kuraih kalung yang diletakannya di meja dan bergegas keluar dari café "Hati-hati pacarku. Kita bakal ketemu lagi" teriaknya kepadaku. Dasar bocah sinting. Cukup kali ini aja ketemu dia. Tak ada hari-hari selanjutnya.

***

Emergency 3

Isi chat dari Buldog membuatku berdecak kesal. Tadi udah sial ketemu bocah sinting, ini ditambah lagi masalah Buldog. Aku dan Buldog punya kode sendiri ketika kita saling butuh bantuan.

Emergency 1 untuk keluarga

Emergency 2 untuk teman

Emergency 3 untuk gebetan

Emergency 4 untuk pekerjaan.

Dan emergency 3 lah yang menjadi langganan Buldog. Entah sudah berapa banyak wanita tertipu oleh pesoan bule nya itu, membuatku jengah sendiri. Sekarang aku harus berperan sebagai seorang pacar untuk membuat mantannya enyah dari kehidupan Buldog. Bersikap mesra, saling peluk dan berkata intim menjadi hal wajib saat melakukan peran ini.

Cafe Quarter. Meja nomor 3.

Chat Buldog masuk lagi ke dalam HP ku. Kuberhentikan taksi dan kukatan alamatnya kepada pak sopir. Tak sampai 10 menit sudah sampai di cafe yang dimaksud Buldog.

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang