Selamat Membaca..
Drrrt.. Drrttt.. Drrrrtt
Handphone yang berada di dalam tas ku bergetar. Kuambil dan ternyata Tante Sandra yang telepon.
"Hallo"
"Cleo. Gimana kabar kamu. Kenapa gak hubungin Tante sih. Tante khawatir kamu kenapa-kenapa" seru Tante Sandra sedih. Berasa jahat banget aku sebagai anak mendengar perkataan Tante Sandra.
"Maafin Cleo Tan, Cleo lupa. Tante sama Om gimana kabarnya? Baik kan?" tanya ku mencairkan suasana.
"Baik kok sayang. Kamu kapan main kesini? Tante kangen banget sama kamu"
"Belum tau Tan. Katanya bulan depan ada acara ulang tahun perusahaan dan kita dapat bonus libur 2 hari, mungkin hari itu aku main ke rumah. Cleo juga kangen banget sama Tante, apalagi sama masakan Tente yang yahut itu" Tante Sandra tertawa mendengarku memuji masakannya.
"Nanti kabari Tante kalau kamu kesini. Bakal Tante buatin masakan kesukaanmu itu"
"Bener Tan? Asiikk. Gak sabar nunggu bulan depan" ucapku senang. Gimana gak senang kalau bisa makan makanan enak plus gratis pula. I love gratis.
"Iya, Tante janji. Yaudah Tante mau pergi arisan nih. Jangan lupa kabarin tante kalau ke rumah ya, Bye sayang" kata Tante Sandra mengakhiri percakaan via telepon ini.
"Bye Tan" sambungku.
Telepon dari Tante Sandra membuat moodku meningkat, sekarang aku bisa bekerja dengan semangat. Kulangkahkan kakiku menuju restoran yang berada di lantai 2 itu. Tujuanku langsung ke tempat ruang ganti pegawai. Walaupun hanya sebagai waiters tidak masalah buatku, yang penting halal dan dekat dengan makanan selalu bisa membuatku senang. Pekerjaan ini tak jauh beda dengan yang kulakukan di penginapan Ayah. Andai saja Ayah dan Tante Sandra tau aku kerja seperti ini pasti dari awal aku sudah di seret pulang ke Bali.
Ayah tak mempermasalahkanku kerja seperti ini. Tapi kalau sama-sama jadi waiters buat apa jauh-jauh harus ke Jakarta, pasti itu yang akan dikatakan Ayah. Dan Tante Sandra pasti langsung menyuruh kenalannya untuk tidak memasukkanku ke restoran ini. Walaupun baik, Tante Sandra bisa berubah jadi ibu-ibu alay yang posesif.
Dan untungnya Tante Sandra sampai saat ini tidak bertanya tentang pekerjaanku. Yang beliau tau aku kerja di tempat Buldog. Dan status Buldog sebagai teman dan kakak bagiku pasti akan menempatkanku pada posisi penting dan bergaji besar.
Tentu saja anggapan Tante Sandra itu benar. Sebenarnya Buldog pernah menawariku kerja di bagian manajemen hotelnya. Tapi itu terlalu berat menurutku, terlalu membutuhkan pikiran dan konsentrasi dan tentu saja bergaji besar. Emang gak mau banyak duit? Gak mau beli mobil? Gak mau beli apartemen sendiri?
Ya tentu maulah. Tapi untuk sekarang jadi waiters gak masalah. Untuk masalah banyak duit, aku udah ada. Gak sombong cuma hasil dari penginapan di Bali seperempatnya masuk ke rekeningku. Dan penginapan itu juga bakal jadi milikku suatu hari nanti. Yah aku kan anak tunggal.
Beli mobil sendiri? Buat apa. Toh kalau mau pengen naik mobil tinggal bilang ke Buldog. Nyetir sendiri atau disopiri tinggal bilang. Mau pake mobil yang mana tinggal milih. Punya temen kaya raya kenapa gak dimanfaatin-hahahaha- ketawa jahat. Untuk apartemen? Lah buat apa beli apartemen kalo ujung-ujungnya juga bakal balik ke Bali dan tinggal disana nemenin Ayah. Santai aja.
Aku emang bukan terlahir sebagai cewek anak orang kaya. Cuma dari keluarga sederhana tapi punya teman anak orang kaya. Beruntung? Yah aku emang beruntung sekali. Terima kasih Tuhan, aku sangat mencintaiMu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...