Pingsan

20.2K 1K 2
                                    

Selamat Membaca...

Dokter yang visit ke ruanganku seperti akan berangakat demo. Bagaimana tidak kalau biasanya hanya satu atau dua dokter dan perawat yang datang sekarang lebih dari lima dokter dan beberapa perawat datang ke ruanganku. Bapak-bapak yang kemarin ternyata seorang juru bicara dari rumah sakit ini, atau bahasa kerennya kepala Humas rumah sakit. Bapak itu mengenalkanku pada seorang bapak lagi yang ternyata direktur dari rumah sakit yang aku tempati. Lalu ada dua dokter ortopedi, dokter kulit, dokter gizi dan beberapa dokter yang lainya yang menurutku tidak perlu untukku. Tapi siapalah aku melarang mereka kalau ternyata itu semua kemauan Valvo si anak dari pemilik saham terbesar di Jakarta International Hospital.

Orang kaya emang seenaknya sendiri. Dan bapak-bapak itu juga gak tau malu, cuma demi uang dan jabatan rela muka tembok di depan bocah umur 18 tahun yang baru lulus SMA ini.

Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Valvo yang bersikap berlebih seperti itu. Seharusnya aku berterima kasih padanya karena berkat dia aku bisa ditempatkan di ruang VVIP yang super nyaman, dapat pertolongan cepat dan pelayanan yang baik.

Dan baru ku tahu soal Valvo diluar kebiasanya yang mesum dan menjengkelkan di depanku ternyata dia tipe bocah kondisional yang luar biasa. Bagaimana dia yang bisa bersikap dewasa, tegas dan serius ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dan yang berkedudukan tinggi.

Aku sampai mengabaikan kata-kata dokter yang menjelaskan tentang-aku tak tau-, ketika Valvo berbicara dengan sang Direktur rumah sakit. Entah kenapa aura Valvo bisa berubah dengan cepat sesuai dengan keadaan yang ada, sekarang dia terlihat sangat serius sampai membuat sang Direktur terintimidasi ditatapnya.

Setelah visit dokter berjamaah itu selesai, Valvo ijin kepadaku untuk keluar membeli makanan karena aku gak mau makan makanan hambar ala rumah sakit. Please deh, yang sakit kaki dan tanganku bukan mulutku jadi aku sangat bisa merasakan makanan gak enak itu.

"Kalau butuh apa-apa langsung telepon aku, kalau gak keburu pencet tombolnya buat panggil suster. Aku usahakan cepet balik biar kamu gak sendirian trus.."

"Udah deh, kapan berangkatnya kalau ngomong terus. Aku udah 23 tahun, aku bisa urus diriku sendiri"

"Hehehe.. Aku kan cuma khawatir sama kamu"

"Iya aku tau. Tapi gak perlu berlebihan kan? Gih cepat berangkat"

"Iya"

Valvo mencium keningku lalu pergi keluar ruangan, entah ke kantin atau keluar rumah sakit. Ini dua kalinya Valvo mencium keningku tapi tak ada niatan sedikitpun untukku melarangkanya, aku tak tau kenapa yang jelas aku menyukai tindakannya itu.

Ketukan pintu terdengar dan selanjutnya diikuti sebuah kepala muncul dari celah pintu yang terbuka. Sely tersenyum lebar saat pandangan matanya bertemu denganku.

"Hay.. Baby Cleo. Sely dataaaang" teriak Sely heboh

"Ini rumah sakit bukan hutan" Sely menanggapinya dengan cengiran lebar "Hehehe sory sory. Wow, pas lo kasih tau kalau di ruang VVIP gue pikir kaya di sinetron-sinetron gitu ruangannya. Tapi ini lebih keren Cle" ucap Sely mengagumi interior ruangaan yang kupakai.

Memang benar, interior di dalam sini lebih terlihat seperti apartemen mini dengan gaya modern, bukan seperti kamar untuk orang sakit. Sofa beludru warna cream, TV LCD 30 inc, mini kichen lengkap dengan lemari es, lemari pakian dan ada kasur lipat di pojok ruangan.

"Biasa aja, gak usah kampunan gitu deh" kataku tajam tapi lebih kearah bercanda "Biarin emang gue dari kampung kok. Ini yang biayain brondong lo?" aku mengagguk.

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang