Selamat Membaca...
Mataku mengeryap menyesuikan cahaya lampu. Tenggorokanku kering dan aku butuh minum lalu aku menoleh ke samping dan menemukan Valvo berdiri menatapku tajam.
"Air.." cicitku super pelan. Masih dengan wajah kakunya Valvo mendekat kearahku dan membantuku minum.
"Makasih" ucapku pelan, tapi tak ada jawaban dari Valvo "Kamu udah balik?" tanyaku ke Valvo yang masih diam saja. Suaraku sudah tidak terlalu serak dan lambungku juga sudah tidak perih lagi. Tapi masih ada rasa nyeri jika terlalu banyak bergerak.
Valvo masih tidak menjawabnya. Kenapa sih dengan dia? Wajah masam gitu, di tanya juga diam aja. Lagi puasa ngomong?
"Valvo.. Kamu kenapa sih?" tanyaku bingung
"Apa lo bego?" teriaknya di depanku.
Deg
Jantungku seperti berhenti berdetak, lalu berdetak lagi dengan remasan kuat disana. Sakit. Valvo membentakku, dia pake lo-gue dan dia mengataiku bego?
"Katanya lo udah dewasa, udah umur 23 tahun tapi apa? Lo telat makan dan bikin maag lo kambuh. Lo masih sakit, tau diri dong. Gue di telpon pihak rumah sakit dan mereka bilang kamu pingsan dan maag lo kambuh. Gue khawatir" ucap Valvo dengan tajam dan masih pake lo-gue.
Aku menatapnya tidak percaya. Dia bukan Valvo, dia bukan Valvo yang kukenal. Atau emang aku gak kenal dia? Atau emang aslinya dia seperti itu? Air mataku turun seiring dengan rasa sakit di hatiku yang semakin terasa. Dia membentakku, pertama kalinya bagiku di bentak seperti ini. Apa ini salahku sepenuhnya? Aku telat makan juga karena nunggu dia.
"Benar. Aku emang bego, kekanak-kanakan, dan gak tau diri" ucapku disela tangisku.
"Aku emang bodoh nungguin kamu beli makanan padahal kamu pergi entah kemana. Aku tidak makan karena ingin menghargaimu yang mau membelikanku makan. Tapi apa? Ini emang salahku" teriakku membalas bentaknya, lalu aku memalingkan muka ke arah lain. Dadaku sesak, rasanya sakit saat semua karenanya tapi dia malah memarahiku.
Tak beberapa lama ranjangku bergerak, berubah ke posisi setengah duduk. Tangan Valvo meraih daguku dan menarik kearahnya. Wajahnya sudah kembali lembut seperti biasanya dan ada raut menyesal juga terlihat disana menghilangkan wajah kaku sebelumnya.
Valvo belum mengeluarkan sepatah katapun, dia memandangku yang masih menangis sesenggukan dengan ekspresi sedih. Kedua ibu jari Valvo bergerak menghapus air mataku yang terus turun.
"Maaf"
"Maafin aku tadi membentakmu" ucapnya lagi.
Hatiku masih sakit. Aku menghindari kontak mata dengannya padahal aku sangat ingin melihatnya "Aku benar-benar minta maaf. Maafin aku tadi membentakmu dan menuduhmu yang tidak-tidak. Maafin aku juga yang yang dengan bodohnya ngelupain kamu sampai maagmu kambuh seperti ini. Maaf. Maaf. Maaf"
Aku masih sesenggukan mendengar permintaan maafnya dan belum ingin melihat wajahnya "Aku khawatir saat mendengar kamu pingsan karena maagmu kambuh. Aku takut. Aku benar-benar takut terjadi sesuatu denganmu. Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf dan menyesal. Tolong lihat aku, jangan mengabaikaanku pliss"
Sial, Aku tidak tahan lagi mendengar nada memohonnya dan aku segera menoleh kearah Valvo "Ini pertama kalinya aku di bentak seperti itu. Rasanya sakit" ucapku disela tangis "Aku menunggumu karena kamu bilang akan cepat kembali. Tapi sampai tiga jam lebih kamu gak datang. Aku lapar dan ingin makan tapi aku gak mau kamu kecewa karena aku sudah makan duluan. Aku ingin kita makan bersama-sama"
Aku berhenti sejenak "Sebenarnya salahku juga karena setelah kamu pergi Sely dan temanku datang dan kita makan buah bersama, mungkin karena itulah maagku kambuh" lanjutku lagi pelan mencoba tidak menyalahkannya sepenuhnya, dan memang di logika kalau aku gak makan buah pasti gak berefek berlebih seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
Ficción General(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...