Selamat Membaca..
Cowok itu masih menatapku tajam setelah aku berhasil menarik tanganku dari area terlarangnya. Aku menunduk malu dengan kecerobohanku. Sampai suara mengintrupsi ketegangan diantara aku dan cowok itu.
"Sayang kamu gak pa-pa kan?" ucap sang cewek ke cowok di depanku "Gak pa-pa kok. Ini udah beres"
"Trus mbaknya kenapa masih di situ?" tanyanya lagi "Dia cuma beresin air yang tumpah di lantai" si cowok mencari alasan. Bisa jadi aib besar kalau aja si cowok sampe jujur, duh makasih mas udah rela bohong demi akyuh.
"Oh" ucap si cewek singkat.
Saat aku akan berdiri untuk kembali ke dapur. Tangan cowok tadi menahan pundakku dan dia membisikkan sesuatu ke telingaku yang membuatku menyesal berterima kasih padanya tadi.
"30 menit lagi temuin gue di jalan depan. Kalo lo gak dateng gue bakal laporin ke manager lo" cowok itu melepas pundakku dan kembali duduk seperti sebelumnya. Aku menghela nafas panjang dan mulai berdiri.
"Maafkan saya untuk ketidaknyamannya. Saya permisi dulu" ucapku dengan senyum masam merasa menyesal. Menyesal sekali kenapa ini harus terjadi dengan ku.
***
Aku berjalan dengan lemas ke arah toilet karyawan. Sekarang jam 9 malam, pengunjung mulai tidak terlalu banyak yang datang. Sely yang tau dengan eksiden air tumpah tadi heboh mengintrogasiku.
"Cle. Lo gak pa-pa kan? Dia gak laporin lo ke bos kan?" kuhiraukan pertannyaanya dengan masuk ke dalam toilet. Aku berjalan kearah wastafel dan kunyalan kran air pada posisi maxsimal. Kubasuh wajahku dengan air berulangkali, berharap ini tidak nyata. Aku ke Jakarta bukan mau cari masalah, cuma pengen kerja doang.
"Hei. Cerita dong. Kenapa? Dia marahin lo? Dia nuntut lo? Atau apa? Jangan bikin gue penasaran dong"
"Gak ada apa-apa cuma setengah jam lagi aku disuruh nemuin dia di bawah. Kayaknya mau minta ganti rugi deh. Menurutmu harga celananya itu berapa?" tanyaku mengantisipasi kemungkinan kalau aku harus ganti rugi.
"Menurutku mahal. Tu cowok kelihatan banget orang kayanya, gak mungkin aja beli baju yang harga 100 ribuan. Yah palingan 500 atau sejuta gitu" jawab Sely mengira-ngira.
"Buset. Celana doang segitu? Mahal banget. Beli bakso bisa segerobak tuh, duh gimana nih. Aku gak ada uang segitu. Aku kan masih baru trus gajian kemaren juga udah habis buat beli baju" aku meremas rambutku frustasi. Gajiku udah ludes buat beli baju dan kebutuhanku sehari-hari.
Walaupun aku ada uang hasil dari penginapan ayah tapi kan rekening itu aku tinggal di Bali. Niat ke Jakarta buat mandiri, gak mungkin bawa duit banyak ntar ujung-ujungnya di pake buat jajan. Atau minjem Buldog aja ya? Nggak, nggak bisa. Pasti ntar aku di introgasi dan sidang panjang lebar. Apalagi soal gak sengaja 'kepegang' itu.
"Kamu ada duit gak? Aku pinjem dong" kuberikan tatapan memelasku ke Sely berharap dia kasihan dan meminjamiku uang.
"Gak perlu pasang muka melas gitu. Gue bakal bantu kalau ada tapi lo tau sendiri kalau duit gue udah gue bagi-bagi ke orang rumah. Pinjem pak Gafriel aja lah. Dia kan kaya"
"Gak bisa. Dia emang kaya tapi kalau tau aku buat masalah pasti tambah runyam urusannya"
"Benar" akhhh makin frustasi aku. Gimana ini? Apa kabur aja ya. Gak usah dateng trus besok bolos kerja. Gak mungkin banget dia bakal nyari aku terus. Cuma kepegang pake sapu tangan bukan pake tanganku langung juga.
Tangan langsung? Gimana tu rasanya. O em ji Cleo. kamu sakit jiwa.
"Apa aku kabur aja ya. Gak usah dateng"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...