Selamat Membaca...
Kuseret kakiku masuk kedalam kamar mandi setelah seharian tadi aku dan Valvo melaksanakan resepsi pernikahan kita yang dilakukan di Bali. Lebih tepatnya di taman belakang penginapan yang berbatasan langsung dengan pantai.
Tidak lebih dari 150 orang yang hadir dalam pernikahanku. Karena hanya keluarga dan teman dekat saja yang kami undang.
Awalnya Valvo ingin mengundang semua kenalannya. Agar pernikahan pertamanya ini bisa di ketahui semua orang. Tapi Om Tyo melarangnya. Om Tyo menyuruh kita untuk tidak mempublikasikan pernikahan ini. Bukan karena malu anaknya menikah mudah tapi lebih kepada menjaga privasi serta keselamatanku.
Yap! ini semua karena diriku. Bukan musuhku atau mantan pacarku yang tidak terima aku menikah laku mengancamku, bukan. Tapi para pesaing dari perusahaan Papanya Valvo-atau sekarang ku panggil Papa-yang bisa mengancam keselamatanku.
Sebenarnya Papa yakin Valvo bisa mengatasi segala ancaman dari para pesaingnya yang mempertaruhkan perusahaan. Tapi Papa sangat yakin bahwa Valvo dipastikan tidak akan bisa mengatasi ancaman tersebut jika aku yang di jadikan taruhannya.
Itulah akhirnya yang membuat Valvo setuju untuk tidak mempublikasikan pernikahan kita demi keselamatanku. Semuanya demi aku, oh so sweetnya suami brondongku.
Dan butuh lebih dari satu jam aku berada di kamar mandi untuk membersihkan make up di area wajah dan juga untuk berendam. Hampir saja aku ketiduran saat berendam jika saja tidak ada gedoran di pintu kamar mandi yang di lakukan oleh Valvo.
"Sayang.. Kamu gak tidur di dalam kan?" tanyanya terdengar panik. Aku segera keluar dari bathtub lalu mengelap tubuhku yang basah dengan handuk dan memakai piyamaku. No liengery, no telanjang, no sex di malam pertama.
"Sayang buka pintunya atau aku dobrak" teriak Valvo dari luar, kubua pintuku yang disambut helaan nafas lega dari Valvo "Aku kira kamu ketiduran di dalem trus pingsan"
"Hampir ketiduran iya. Aku capek banget" ucapku lemas dan wajah kusut kelelahan. Aku ingin tidur untuk memulihkan tenagaku kembali, walaupun ini malam pertamaku dengan Valvo yang tak dapat ku pungkiri kalau jantungku berdetak keras dan perutku juga mulas tapi otak dan tubuhku sudah berteriak minta di istirahatkan.
"Ini malam pertama kita kan? Jangan lemes gitu dong" ucap Valvo mencoba menggodaku
"Iya aku tau, tapi bisakah kita hanya tidur saja? tidak malam pertama-an?" tanyaku masih dengan ekspresi lelahku.
Valvo menaikkan alisnya bingung "Kenapa? Kamu gak mau malam pertama denganku?" nadanya sedikit tersinggung.
Aku menggeleng pelan "Bukan gitu, aku sangat lelah dengan acara resepsi ini apalagi di tambah dengan persiapan yang super mepet. Kepalaku pusing dan tubuhku sangat lemas butuh istirahat. Pleaseee? Kita bisa melakukannya di malam kedua atau keseratus kita" mohonku ke Valvo dengan tatapan memelas yang hampir menangis.
Bisa saja aku langsung meninggalkannya tidur, toh aku susah di bangunin jika tidur. Tapi sekarang tidak bisa seperti itu Karena Valvo sudah sah menjadi suamiku dan aku tidak mau mengabaikannya di hari pertama kita menjadi sepasang suami istri.
Valvo tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya "Yaudah kamu tidur gih. Aku mau mandi dulu" Valvo mencium keningku lalu berjalan masuk kamar mandi. Maaf ya suami, malam pertamanya di tunda dulu sampai besok.
Aku berjalan ke ranjang dan memposisikan tubuhku senyaman mungkin. Dan tak butuh waktu lama aku sudah terjatuh dalam kubangan mimpi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...