Ditinggal Valvo

23.6K 1.1K 5
                                    

Selamat Membaca...

###

ZaqsaSamudra : cafe Xman. Gak pake telat.

Chat dari Zaqsa membuatku menghela nafas berat. Aku melupakan Zaqsa gara-gara ada berondong pengganggu si Valvo. Kemarin setelah aku terusir dari kamar utama dan harus pindah ke kamar sebelahnya, hidupku juga belum tenang. Pulang kerja aku mendapati rumah seperti abis terkena tornado. Sementara Valvo entah ada dimana, dia menghilang dan belum kembali sampai aku berangkat kerja hari ini.

Aku tak peduli mau dia gak pulang, tapi gak pake ninggalin kerjaan berat bisa dong. Sebelum berangkat kerja aku harus membereskan kekacauan yang di buat dan itu sukses membuatku telat masuk dan mendapatkan sindiran badai dari Angel si cewek kanvas. Mau tau kenapa aku sebut cewek kanvas? Ya karena mukanya yang menor abis kaya lukisan abstrak karya anak TK. Udah gitu mulutnya juga bikin ngregetan.

"Uh, sok-sok an ngajak keluar chef Gafriel. Sekarang malah telat, gak tau diri banget sih" tanpa melihat kearahku, aku tau kalau kata-katanya itu untukku. Dia menyindirku.

"Emang sekarang banyak cewek gak tau diri" iya situ yang gak tau diri. Gak nyadar apa, dasar abstrak.

"Sekarang juga banyak cewek muka abstrak yang gak tau diri" ujarku bermonolog sendiri yang sebenarnya menyindirnya "Lo ngatain gue?" ya ampun sadar diri banget sih mbak.

"Emang muka mbak abstrak? Ngaca dong" kataku pergi menuju counter depan. Pengen banget maki-maki itu orang, lumayan bisa buat pelampiasan emosi 'Valvo effect'.

Aku mulai bekerja melayani dan membereskan meja yang kotor. Melupakan emosiku tadi, sampai tak terasa jam shifku sudah habis. Sekarang aku harus siap-siap ke cafe untuk bertemu dengan Zaqsa, semoga aja gak ada hal yang bisa membuatku ingin membakarnya hidup-hidup.

***

Kita semua sudah berkumpul di cafe. Kita yang kumaksud bukan cuma aku dan Zaqsa, tapi juga ada Chan, Kevin dan Marco. Aku masih mengamati mereka semua yang asik ngobrol sendiri seolah aku tidak ada disini. Aku berdehem keras membuat mereka semua memperhatikanku. Nah gitu, hormat sama yang lebih tua.

"Kenapa aku di suruh kesini? Di kacangin lagi"

"Hehehe.. Jangan ngambek kak. Gak maksud ngacangin kok" ucap Chan menjawab sindiranku.

Setelah ucapan Chan, tiga pelayan datang membawakan beberapa makanan. Bukan beberapa tapi banyak makanan, wah makan besar ini. Setelah makanan sudah berada di meja makan, aku memicingkan mataku kearah Zaqsa, meminta penjelasan. Karena ini pasti ada apa-apanya, selalu ada udang di dalam lautan.

"Aku gak lagi di kerjain kan?" tanyaku ke Zaqsa. Tapi yang ditanya malah asik dengan makananya sendiri tanpa berniat menjawab pertanyaanku. Pandanganku beralih ke Chan yang notabene paling cerewet.

"Zaqsa masuk kualifikasi dan besok dia bisa berangkat ke Thailand buat lomba drif. Jadi dia neraktir kita sebagai tanda syukur" ucap Chan semangat. Aku menoleh ke arah Zaqsa dengan tatapan 'lo gak bohong' dan di jawab anggukan oleh nya.

"Aaaa.. Ya ampun, selamat.. selamat" reflek ku peluk tubuhnya yang duduk tepat di sebelahku. Kurasakan tubuhnya menegang, tapi aku gak peduli. Aku ikutan senang karena yang kutahu dari Chan kalau Zaqsa sangat, sangat, sangat ingin dan berharap bisa ikut lomba ini. Aku melepas pelukanku dan mengacak rambutnya gemas.

"Kamu membuatku bangga nak. Mama akan selalu mendoakanmu" kukedipkan sebelah mataku untuk menggodanya. Tapi yang terjadi malah wajah jijiknya yang terlihat, membuatku mendengus keras dan menjadi tertawaan tiga serangkai. Sial.

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang