Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang yang sangat disayangi. Sehingga, kamu bisa dengan mudah meninggalkanku sesuka hati. Lalu datang lagi ketika hatimu sedang tersakiti. Menyalahkan dia yang kamu bilang telah menyakiti. Padahal aku yang disini pun telah kamu khianati berkali-kali. Kamu datang hanya untuk pergi lagi.
Bukan aku menyalahkanmu, tapi aku tidak ingin dijadikan mainanmu. Yang dapat sesuka hati kamu mainkan perasaannya. Kamu tarik ulur hatinya seperti layang-layang tidak bersenar. Terbang melayang tanpa arah tujuan. Kamu mainkan sesuka dirimu. Tapi, ketika layang-layang itu putus. Kamu gelagapan mengejarnya. Jatuh bangun berusaha agar layang-layangmu bisa kembali ke tanganmu. Tapi aku bukanlah layang-layang yang bisa kamu tarik ulur hatinya. Sebab aku punya hati seperti kamu yang juga punya hati. Bisa saja menyingkir jika dirinya tidak dihargai.
Aku bisa saja lelah bertahan pada suatu waktu jika kamu terus saja begitu. Nanti ketika aku menghilang, jangan kamu cari aku yang telah putus hatinya. Karena telah berlipat-lipat sengsaranya. Sungguh, jika kamu mencintai dia yang kamu sebut sempurna. Maka janganlah datang kepadaku meminta agar aku membuka hati. Sedangkan hatimu pun masih saja menyimpan namanya. Jika kamu terluka, jangan kamu tancapkan luka itu di hatiku. Jika kamu menangis, jangan kamu buat air mataku ikut mengalir. Sebab aku bukanlah layang-layang. Nanti, jika kamu menangis karenanya. Maka hitunglah dalam benakmu, berapa kali aku menangis karenamu. Dan seandainya waktu begitu kejam membalasmu. Tolong jangan salahkan aku seperti aku yang berusaha tidak menyalahkanmu.
*Demi Kamu
(Sesak-sesak kemudian)
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...