Kamu adalah bayang-bayang hilang yang terbang menyusuri senyap-senyap ruang hati yang begitu hampa. Pergi, dan mungkin tak akan kembali lagi. Jauh, dan mungkin tak akan dekat lagi. Kamu seseorang yang dulu menyembuhkan seluruh lukaku, kini telah membunuhku terlalu dalam. Kamu yang juga mengajarkan aku mengikhlaskan, kini kamu juga yang harus ku ikhlaskan. Beginikah hidup? Ada yang datang, dan ada yang pergi. Sempurna seperti kamu yang jelas datang lalu pergi lagi. Pergi bukan untuk kembali. Sebab aku bukan tempat untuk kamu kembali.
Sungguh, bagiku hari-hari yang ku lalui begitu berat dan lama sekali. Matahari begitu lamban merangkak dari timur ke ufuk barat. Seperti proses melupakan dan mengikhlaskan yang kujalani. Kala malam sudah tiba. Aku akan berharap mampu melupakan dan mengikhlaskanmu. Hingga aku sadar, bahwa pikiranku begitu lelah melupakanmu.
Aku ingin lelap dalam mimpi, tapi bagaimana lagi? Aku terlalu takut untuk sekedar memejamkan mata. Sebab kau senantiasa hadir pada sadar dan lelapku.
Jika kamu memang bukan tulang rusukku yang hilang, maka aku akan ikhlas melepasmu. Meski sekuat apa pun berkehendak memiliki seseorang yang tidak ingin dimiliki, maka tetap saja dia tidak dapat dimiliki. Tapi, jika kamu memang tulang rusukku yang hilang. Maka aku tak perlu payah memperjuangkanmu, sebab kamu akan datang dengan sendirinya. Dengan indah yang sempurna, dengan kebahagiaan yang mempesona.
Sungguh, dirimulah yang mampu membuatku bahagia, dan dirimulah yang mampu membuatku sengsara selamanya. Sudah kuhabiskan harapanku sebab kugantungkan semuanya padamu. Meski hadir kecewa, ku tetap berharap. Meski hadir putus asa. Dengan mengingatmu lah harapan-harapan itu tumbuh bagai benih disiram hujan. Dan kaulah harapanku. Tapi semua itu sia-sia, kamu memang bayang-bayang hilang yang terbang menyusuri senyap-senyap ruang hati yang begitu hampa.
Membuat hatiku sepi, sedih berkali-kali dan tak sudah-sudah. Larut dalam cara melupakanmu. Tapi, semakin dilupakan semakin aku ingat perihal kamu. Mungkin cara terakhir melupakanmu ialah dengan menerimamu sebagai kenangan yang indah untuk dikenang. Dan sungguh, jangan kamu datang lagi. Kasihani aku yang telah berkorban untukmu. Kasihani aku yang sedih berpangkat-pangkat ini.
*Demi Kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...