Jikalau Diibaratkan Sebagai Daun

201 13 11
                                    

Mengapa kamu datang di saat aku tidak lagi mencari tambatan hati? Mengertikah kamu, bahwa hati yang telah rusak akan sulit untuk disembuhkan. Hati yang patah akan sukar untuk dipulihkan. Untuk apa kamu datang jika hanya untuk pergi dan menghadirkan luka.? Mengapa kamu datang membuat aku berharap dan mengecewakan hati? Untuk apa sebenarnya kamu datang. Membunuh hatiku seperti yang pernah dia lakukan kepadaku dan mencoba kamu ulangi lagi luka yang aku rasakan?

Jikalau boleh diibaratkan, maka aku adalah daun hijau yang mesti terlepas dari rerantingnya yang patah. Lantas dihembus angin dan melayang tak tentu arah. Lalu di persimpangan, kulihat dirimu memungutku. Tapi, setelah kukeluhkan reranting yang telah melepasku. Sebab dia mencoba membagi dirinya untuk daun yang lain dengan mematahkan dirinya sendiri. Aku terlepas. Padahal, aku masih menghijau dan belum mengering. Lalu kamu mulai enggan mendekati lebih dekat. Kamu seolah tahu ada kecewa yang mendalam di hatiku.

Pada suatu hari, kamu mulai bosan dengan daun itu. Daun yang mulai mengering sebab air mata yang selalu kamu tumpahi padanya. Omong kosong tentang kamu yang selalu ingin menyandarkan kepalamu di bahunya. Omong kosong tentang alasan-alasanmu yang selalu berbicara tentang kematian. Kamu mulai merobek bagian dari daun itu. Satu persatu kamu renggut kebahagiaanya. Perlahan-lahan kamu teteskan air matanya. Tanpa sadar kamu rampas senyum indahnya. Ketika kamu mulai bosan padanya, lalu kamu tinggal pergi dan kamu buang ke sela-sela sesampahan yang membau dan menyengat.

Saat itu, aku mulai sadar. Bahwa kamu sudah dimiliki orang lain yang kamu cintai. Mengapa hati yang patah meski patah dua kali menjadi tiga bagian. Bagian terakhir terpaksa lebih kecil untuk kekasihku nanti yang tulus mencintai. Sebab yang menyakiti membawa banyak bagiannya. Mengapa hati yang remuk mesti kamu buat bingsal seluruh hati. Mengapa rasa yang ada kamu bunuh jantungnya sehingga hilang detak di dada. Kamu memaksaku untuk sembuh, tapi kamu juga yang membunuh. Kamu minta aku untuk kuat, tapi kamu juga yang melemahkanku.

Mengapa kamu datang disaat aku tidak lagi mencari tambatan hati? Mengapa seluruh tangis selalu menghampiri. Duhai, jika pun aku tahu. Bahwa kamu sama halnya dengan dia. Maka tidak akan kuterima kamu sebagai...... melainkan akan kujadikan kamu orang asing yang baru singgah sebagai tamu di hati. Yang pernah kucurahkan isi hati mengeluhkan kekasih yang dirampas teman sendiri.

*Demi Kamu

Membunuh SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang