Bagiku, melupakanmu adalah suatu cara yang sulit untuk kulakukan. Cara yang mampu merenggut harapanku, menusuk hatiku, dan mengucurkan air mataku.
Bagiku, kau adalah nafas puisiku. Yang kutulis dengan hikmat. Tanpamu, mungkin aku akan kehilangan kata, sedangkan katalah alasan terakhirku untuk bertahan hidup, alasan untuk tetap bertahan, meski badai begitu tega menghempas harapanku. Hilang, lenyap sudah pergantungan jiwaku.
Apakah sanggup aku melupakanmu, sedangkan jelas ku ingat tentang kita. Masih terbayang senyummu yang manis, air wajahmu yang menawan, tawamu yang asik. Tapi harapan tinggallah harapan. Kau pergi membawa hatiku. Merampas sisa warasku yang sebelumnya kau renggut dan kini kau renggut kembali.
Kau pergi tanpa alasan. Bukankah sebelumnya hubungan kita baik-baik saja. Mengapa kau samakan waktu tiga tahunku dengan tiga bulannya. Kau bilang tidak akan pernah menerima seorang lelaki yang mempermainkan hati perempuan. Tapi kau pilih dia yang kau sebut mempermainkan hati itu. Sedangkan aku, tidak pernah sedikit pun mempermainkan hatimu. Selalu ku jaga kau setulus hati, ku hormati kau sebagai seseorang yang ku cintai.
Bagiku, cinta adalah kehormatan. Tidak ada cinta sejati yang boleh ditempuh tanpa penghormatan. Belum cukupkah aku menghormatimu, menjagamu dengan segenap jiwa.
Aku memang tidak selihai kamu dalam hal melupakan. Meski berbagai cara telah kulakukan untuk membunuh semua ingatan tentangmu, membuang jauh-jauh rasa cinta itu. Meski dengan menyibukkan diri, memohon kepada waktu agar berbaik hati menghapus sedikit ingatan tentangmu. Mencoba mengenal orang baru, berharap mereka bisa kucintai seperti halnya aku mencintaimu. Menaiki puncak, bertualang, memohon kepada alam untuk membunuh semua rasa yang tega merampas kebahagiaan. Mendengarkan ayat-Nya agar hadir sedikit tenang, walau seujung kuku.
Tapi, usahaku untuk melupakanmu itu tidak sepenuhnya berhasil. Kubunuh cintaku dengan waktu sibukku, kau tetap hadir dalam bayangku. Kuhapus rasa itu dengan mengenal orang baru, kau tetap ada diantara mereka. Sudah kau buat rusak pandanganku. Semua orang kulihat seperti dirimu. Temanmu juga temanku. Mereka kadang menceritakan tentang dirimu dengannya, maka kalau sudah seperti itu aku akan menjauh, menyendiri di tempat yang sepi. Sudah kucoba membuang ingatan tentangmu dengan tualang menjelajah alam, tapi kau tetap hadir menjelma dalam ingatan. Dengan apa lagi aku mencoba melupakanmu? Tolong ajarkan aku melupakan.
*Demi Kamu
(Bagi kamu hidup dan matiku, bahagia selalu dengannya yah, jangan buat aku sedih dua kali)
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poésie(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...