Aku ingin sekali memahami menjadi dirimu. Agar aku tahu dan merasakan. Betapa sulitnya dirimu memilih dan memutuskan antara dua pilihan yang sama-sama sulit kamu lepaskan. Aku ingin sekali mengerti menjadi hatimu. Agar aku tahu dan merasakan. Betapa tidak relanya kamu meninggalkanku dan betapa enggannya kamu melepaskannya.
Kamu berada di titik di mana orang-orang yang akan berada di posisimu resah dalam memilih dan lelah dalam berpikir resiko atas semua keputusan yang kamu ambil. Kamu lebih memilih dia yang baru saja mengenalmu. Sedangkan aku yang bertahun-tahun mengenalmu ini ditinggal dan dihukum mati hatinya. Kamu paksa cabut perasaan yang menghadirkan debar-debar di dada. Kamu renggut setiap harap bahagianya, dan kamu rampas setiap lengkung senyum di bibirnya.
Namun, sesakit apa pun hati yang ditinggal pergi. Dan sesedih apa pun hidup yang kujalani. Aku akan berusaha untuk tidak menyalahkanmu atau pun menyalahkan diriku sendiri. Karena dirimu pun lelah untuk memilih, dan gelisah untuk mengorbankan. Aku akan berusaha memahamimu. Agar aku tidak kecewa karenamu. Agar aku tidak membenci sedikit pun dirimu. Walau terkadang aku bertanya-tanya, dengan cara apakah kamu melupakanku. Sehingga secepat itu kamu bisa lupa tentangku. Sedangkan aku perlu seumur hidupku untuk melupakanmu. Dan dengan waktu hidupku pun, aku mesti menambahkan masa kematianku untuk melupakanmu. Dengan sebenar-benarnya melupakan.
Tapi, izinkan aku memastikan. Bahwa kamu tetap bahagia dengannya. Karena bahagiamu adalah bahagiaku. Bagiku, mencintaimu saja sudah menyenangkan meski aku tidak pernah bisa memilikimu.
*Demi Kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...