Hari-hari yang kulalui tanpamu terasa kosong dan hampa. Nyata sekali kamu masih ada di dalam hati. Meski hatimu tidak betul-betul aku miliki. Bayangmu pun masih terlihat jelas dalam pikir sadar dan lelapku. Namun, kamu bukanlah dirimu yang dahulu. Yang mampu menjadi kita bersamaku. Yang sama-sama mengagumi hujan, senja dan edeilweis. Tapi, kamu sudah dimiliki orang lain. Aku bisa apa, selain menunggu takdir mengajaibkan semua harap menjadi nyata.
Hari-hari kosong itu telah aku lalui dengan membunuh segala sepi dan gundah di dalam hati. Dengan menuliskan rintihan-rintihan yang belum juga terobati. Dengan sekuat tenaga mencoba pergi, sebab kamu pun juga telah pergi meninggalkan aku yang sesat sendiri sebab terhukum mati. Hingga dalam lelahku menyibukkan diri. Seseorang baru menyapa hati. Kuceritakan semua tentangmu kepadanya agar hilang rasa sakit. Kulihat di matanya menunjukkan bahwa dia cemburu padamu karena telah dicintai seteguh dan sepenuh hati. Aku tidak menyalahkan kamu yang telah meninggalkan. Hanya saja aku mengutuk diriku yang terlambat menyatakan. Hingga pada akhirnya, kutanam paksa seluruh rasa padanya. Kucoba tarik sayang dan cinta darimu agar mampu kuserahkan padanya. Namun mengapa, kamu terus hadir dalam pikiranku yang mulai kacau balau ini.
" Jangan sekali-kali kamu menyalahkan Rieda, dia pun berat meninggalkan kamu. Juga merasa enggan untuk melepaskan pacarnya. Memilih dan menjadi pilihan tidaklah menyenangkan. Kalau pun aku menjadi Rieda, maka aku akan memilih pergi daripada harus menyakiti kamu dan dirinya"
Seseorang baru itu menasehatiku. Yang membuatku berusaha sekuat hati agar tidak menyalahkanmu lagi. Besok lusa, jika pun kamu memang jodohku. Kamu akan datang tanpa sedikit pun aku pinta. Namun, jika takdir berkata lain. Aku akan meneguhkan hati. Menghapus secara kejam segumpal rasa yang pernah berharap memilikimu. Menikam secara jahat hati yang telah tega mencintaimu ini. Agar aku terbiasa hidup dalam sedih-sedih mengenangmu.
Karena, cinta tidak serendah yang aku pikir. Kukira, cinta haruslah terbalaskan. Nyatanya bukan, cinta sejati akan memberi apa pun tanpa mengharap apa pun juga.
Terima kasih telah pergi untuk menyelamatkan hatiku dan hatinya. Meski ada banyak alasan dirimu untuk memilih siapa yang kamu jaga hatinya. Tapi kamu tetap memilih menjaga hati keduanya. Aku sudah tenang dengan orang baru ini meski pun dia juga punya hati yang lain. Dan entahlah dirimu, kuharap kamu tetap bahagia meski membawa pergi hatiku dan hatinya.
*Demi Kamu
(Ada banyak sekali orang baru yang kutemui. Tapi hatiku masih menyimpan namamu)NB: Maaf, kalau kurang jelas. Soalnya ada banyak orang ketiga di tulisan ini. Seperti pacarnya Rieda, dan seseorang yang baru. Dua orang sebagai orang ketiga yang kusebut dia. Semoga paham dengan tulisanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...