Tetaplah Di Tempatmu

189 14 2
                                    

Kali ini, hujan kembali berjatuhan dengan tiba-tiba. Persis kenangan yang juga jatuh tiba-tiba. Butiran airnya lantas membasahi ingatanku tentangmu. Ingatan dimana dulu aku selalu bahagia bersamamu. Tersenyum dan tertawa bersamamu. Kadang kita suka sekali memainkan air hujan yang tempias ke arah kita. Membasahi tubuhku, dan membasahi tubuhmu. Lantas, kita tertawa lepas. Tapi itu hanyalah masa lalu, dan tak akan terulang lagi.

Sungguh, hujan sudah menggilas hatiku. Dia tidak seindah dulu lagi, tidak seindah di saat aku dan kamu masihlah disebut kita. Dulu, hujan adalah karunia yang sangat kita rindukan kehadirannya. Kini, hujan sudah menjelma luka yang siap menakutiku kapan saja. Entah pagi,  sore, atau malam hari. Takut jika ingatan itu datang lagi, ingatan tentang hujan, ingatan tentang aku dan dirimu yang sama-sama pengagum hujan. Tapi, kenapa kau buat aku benci dengan hujan. Benci jika ingatan itu kembali hadir. Kau ciptakan jarak jauh di antara kita, kau buat senyum bahagiaku menghilang.

Maafkanlah aku yang tega sekali mencintaimu, menyayangimu, hingga menghabiskan sisa umurku yang tidak lagi panjang. Kau tikam hatiku dengan belati-belati sedih. Kau sayat perasaanku dengan sembilu janji-janji manis. Kau putuskan harapan seseorang yang telah menyerahkan jiwanya padamu. Kau ajarkan aku untuk mencintaimu, setelah kuberhasil mencintaimu, kau malah pergi membawa cinta itu. Kau ajarkan aku menyayangi, tapi nyatanya kau hanyalah bayang-bayang di gelapnya malam, di indahnya senja, dan di syahdunya hujan.

Maafkan aku yang kejam sekali mengharapkanmu, padahal sudah jelas kau hanya menyerahkan harapan-harapan semu. Apa yang bisa ku perbuat, tidak ada. Kecuali menulis puisi-puisi dan rintihan-rintihan hati untuk membunuh waktu senggangku. Agar, kau tak lagi hadir di pikiranku. Dan di waktu luangku. Maka, jika suatu waktu aku sudah berhasil melupakanmu. Tolonglah tetap di tempatmu. Dan aku akan tetap di tempatku tanpa mencari tambatan hati yang baru. Agar aku tak lagi resah dalam perihal melupakan. Dan agar kau tak lagi gelisah dalam perihal meninggalkan. 

Tapi, kau sudah kumaafkan meski sudah menjatuhkanku berkali-kali. Sudah kuikhlaskan meski membuatku sedih berjuta kali.

*Demi Kamu

Membunuh SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang