Wahai kamu yang kujaga sepenuh hati. Tidak pernah kah kamu merasa lelah untuk menyakiti. Kepergianmu hanya menghadirkan rindu yang menggebu. Menghilangnya dirimu hanya menghadirkan luka di dalam hatiku. Kamu hanya membuat bekas-bekas rasa tanpa sedia menghapusnya. Sedangkan aku yang di sini kehilangan hati sebab kamu bawa pergi. Jika dalam anggapanmu ada yang lebih sempurna dari aku. Maka silahkan jika kamu ingin hidup bersamanya. Lalu meninggalkan aku yang sekarat. Aku akan berusaha merelakanmu. Meski nyata sekali sesak-sesak itu tidak akan mudah untuk kuobati. Tapi mohon, jika sesuatu menimpamu. Jangan kamu datang lagi mengharap cinta yang dahulu. Sebab, seseorang yang sulit melupakan seperti aku. Ketika dia sudah mampu melupakan. Sungguh, dia tidak akan sama lagi. Seseorang yang pada awalnya bersungguh-sungguh lalu kamu khianati. Sungguh, dia akan menjadi tangguh dalam perihal perasaan. Dia tidak akan bersedia lagi disakiti dan dipatahkan hatinya oleh orang yang sama.
Jika pada akhirnya kamu menganggapku sebagai lelaki yang kejam. Maka cobalah kamu pikirkan dalam benakmu. Berapa kali aku bertahan dalam tangis dan sekuat tenaga untuk tidak mengatakanmu kejam. Mana mungkin seseorang seperti aku akan tega mengatakanmu kejam.? Padahal, aku sendiri yang mengikatkan hatiku kepadamu. Tidak ada yang salah, yang salah aku adalah seseorang yang memendam. Dan kamu seseorang yang serius, tidak bisa berlama-lama menunggu tanpa kepastian. Aku mencintaimu dengan sungguh, tak sedikit pun terpikirkan untuk membencimu. Meski pun di senja yang membawa hatimu pergi, kamu pernah mengatakan sesuatu yang bagiku sama saja membunuh secara tegas dengan merampas kebahagiaan yang pernah aku impikan.
Masih jelas ku ingat apa yang kamu ucapkan di senja itu. Saat itu kamu bahkan tidak sedikit pun menolehku.
"Duhai, janganlah menyakiti dirimu sendiri dengan cinta yang kamu punyai. Janganlah mengartikan cinta menjadi sesuatu hal kejam yang telah melukaimu. Sebab cinta tak bersalah, ia tumbuh dengan sendirinya melewati senyum dan tawa, ia lahir dari kebahagiaan yang murni. Salahkan saja aku. Aku yang kejam telah meninggalkan kamu di saat aku tahu bahwa ada cinta yang begitu besar yang kamu persambahkan untukku. Aku malah meninggalkanmu karena alasan itu.Salahkan aku dan hatiku
yg untuk kesekian kalinya menyakitimu
Maafkan perempuan yang gagal mencintaimu ini."Lalu setelah itu, kamu seolah ditelan bumi. Pergi. Membawa separuh hati. Pergi. Meninggalkan bekas luka hati.
Dari perkataanmu itulah petunjuk hatiku yang membuat aku menyadari. Ternyata, kamu tidak pernah menyimpan rasa yang sama seperti rasa yang aku punya. Ternyata kebersamaan itu hanya angan-angan yang kau cipta sebagai luka. Kamu keliru mengartikan cinta. Masalah cinta tidaklah sebercanda itu. Jika pada awalnya kamu hanya ingin menjadikanku sahabat. Tidak usahlah dalam hatimu menghadirkan harap yang tinggi. Sehingga jatuhku tak kamu lihat lagi. Meski katamu, kamu berusaha mencintaiku dan dalam usahamu itu kamu gagal. Sungguh aku tak percaya lagi. Sebab luka telah dalam kualami. Sebab sayap telah patah sebelum kamu pergi.
*Demi Kamu
(Masih sesak, Terima kasih buat Rieda dan Akhi yang telah menciptakan luka. Semoga berbahagia dengan cinta yang kamu rampas dari hati.)NB: perkataan di atas adalah perkataan Rieda ketika pertama kalinya dia tahu bahwa aku mencintainya. Sedangkan dia telah bersama akhi yang tak mungkin lagi dia lepaskan. Entah apakah dia benar-benar gagal mencintaiku. Atau hanya alasan untuk meneguhkan hatinya yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...