Bagian 3

854 62 6
                                    


.
.
.

#-#-#

Rumah besar itu tampak sepi. Hanya ada seseorang yang kini duduk menghadap sebuah laptop di ruang tengah lantai satu. Sesekali ia mendesah lelah dan mengusap wajahnya kasar.

" Pencucian uang. Proyek pembangunan komplek ruko. Ck, bohong sekali." Ia bergumam seraya menatap layar datar di depannya dengan serius.

Sebelah tangannya meraih kacamata yang tergeletak di ujung meja, ia mengenakannya sesaat lalu melepasnya lagi. " Hah, terlihat lebih jelas kalau tidak memakainya."

Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan gerakan cepat ia mengangkat panggilan masuk itu.

" Hallo?"

" Ini aku."

" Oh? Ada apa? Anda sudah menemukan beberapa kunci lagi?"

Terdengar suara dengusan dari seberang.

" Bukan seperti itu, Miika. Ternyata kejahatan mereka bukan hanya pencucian uang. Ada beberapa kasus lain yang sebelumnya didalangi oleh mereka."

" Kirimkan berkas apa saja yang anda dapatkan tentang mereka. Aku akan membantu kalian mencari tahu di mana mereka bersembunyi."

#-#-#

Pencucian uang. Penyelundupan narkoba. Pengedaran uang palsu. Jual-beli senjata ilegal. Proyek dan perusahaan fiktif. Penipuan skala besar.

" Gila," desis Miika seraya memijit pelipisnya. Matanya bergerak-gerak memperhatikan game yang terpampang di layar laptopnya. Giana yang duduk di sebelahnya mengerutkan kening heran mendengar gumaman Miika.

" Apanya yang gila?" tanyanya.

" Bukan apa-apa."

" Heh, kalian nggak ke kantin?"

Tiba-tiba Adrian sudah berada di dekat meja Miika dan Giana. Mencoba mengganggu konsentrasi Miika yang sibuk dengan gamenya.

" Tidak. Aku sedang tidak ingin makan siang," jawab Miika tanpa mengalihkan tatapan.

" Yah, Miika. Ayo ke kantin dulu," rajuk Alena seraya menepuk lengan Miika.

" Ssstt. Jangan menggangguku, Len."

" Oke, oke. Kalo gitu kita pergi ya? Kamu nggak papa kan kami tinggal di kelas sendirian?" tanya Giana.

" Hmm. Silakan. Tidak masalah."

Sepeninggal teman-temannya, Miika masih terfokus pada game yang dimainkan, mencoba mengabaikan Derry yang lebih memilih tetap berada di kelas dan terus saja memperhatikannya.

" Kamu terlalu mencolok saat memperhatikan orang lain. Bisakah kamu berhenti melakukan itu?"

Derry tampak tersentak mendengar perkataan Miika. Tentu saja, hanya ada mereka berdua di kelas dan jarak tempat duduk keduanya cukup jauh. Bagaimana bisa Miika tidak menyadari bahwa Derry tengah memperhatikannya?

" Kalau ada yang ingin kamu tanyakan padaku, silakan saja. Aku akan bersedia menjawab sesuai keinginanmu." Miika berujar lagi. Masih tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Derry terdiam sambil menatap Miika tajam. Membuat Miika terkekeh pelan melihat hal itu.

" Benar-benar tidak ada yang ingin ditanyakan? Kalau begitu, berhentilah memperhatikanku."

BRAAAKKK...

Terdengar suara pintu terbanting keras. Membuat Miika mendongak dan menatap pintu kelas. Di sana, ada beberapa murid laki-laki dengan penampilan urakan berdiri dengan gaya angkuh. Jelas-jelas mereka bukan dari kelas Miika.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang