.
.
.#-#-#
Jean tidak mendapati sosok Radith di kantor Black Hawk. Ia sudah mengelilingi gedung itu dan bertanya pada beberapa orang yang ada di sana. Dan menurut mereka, Radith memang sempat berada di gedung itu tadi, namun dia sudah pergi bersama Rio beberapa waktu lalu. Jean juga bertanya keberadaan Ryuu, tapi tidak ada yang melihat gadis itu hari ini. Ia juga tidak melihat seorangpun dari tim Black Hawk di sana.
Jean mendesah keras. Tatapannya terjatuh pada tangga menuju lantai tiga. Dengan ragu ia menghampiri tangga, lalu menaikinya. Berharap ia menemukan atau melihat sesuatu yang bisa menghilangkan rasa penasarannya pada Ryuu di lantai teratas gedung itu.
Yang didapatkannya tidak sesuai keinginannya, tapi berhasil membuatnya terkejut setengah mati. Saat tiba di ujung tangga, ia disambut dengan sebuah lorong, ia mengikuti arah lorong itu dan berbelok saat mendapati lorong lain yang tampak lebih terang dari yang sebelumnya. Dan seketika ia tercengang, di sisi kanan-kirinya, ada ruangan yang hanya disekat dengan dinding kaca bening yang memperlihatkan isi ruangan luas itu. Di sana, terdapat belasan-atau mungkin puluhan- rak kaca yang dipenuhi dengan berbagai macam senjata. Mulai dari handgun, beberapa jenis riffle, dan perlengkapan lain. Bahkan ada beberapa kostum khusus seperti seragam yang tergantung di gantungan baju. Jean bisa melihat semuanya tanpa harus masuk ke ruangan itu. Saat ia sampai di pintu kedua ruangan yang dibuat berhadapan itu, ia melihat alat pemindai biometrik yang menyala di pintu kaca. Ia berdecak kagum melihat hal itu.
" Berasa kayak di film aja," gumamnya.
Sebenarnya ia tertarik untuk masuk ke ruangan itu, tapi ada yang lebih penting dari untuk sekadar terkagum-kagum melihat senjata yang ia duga adalah koleksi milik Ryuu itu. Jean mengalihkan tatapannya ke arah lain, dan kali ini ia memasang wajah terkejut sekali lagi.
Di ujung dua ruangan itu, ada ruangan lain yang cukup luas dengan dua set sofa yang ditata agak berjauhan dan sebuah mini bar di sudut ruangan. Ruangan itu juga hanya dibatasi dinding kaca dengan sebuah pintu geser , sehingga menampakkan keadaan luar. Di sana, ada meja bundar yang dikelilingi dengan empat kursi, di dekat pagar pembatas balkon yang cukup luas.
Mata Jean menyipit saat ia menyadari bahwa ada seseorang di sana. Ya, seorang wanita berambut pirang panjang yang sedikit ikal, duduk di salah satu kursi sembari mengisap sebatang rokok.
Jean menggeser pintu kaca, menghampiri wanita yang tampak serius memandangi langit itu.
" Ekhm..." Jean tidak tahu harus bagaimana menyapanya, jadi ia hanya berdehem untuk mendapatkan perhatian wanita yang tak lain adalah seorang anggota Black Hawk itu.
Wanita itu menoleh, menaikkan alisnya saat mendapati Jean berdiri tak jauh darinya.
" Oh, Jean?"
Jean mengerjapkan matanya cepat, sedikit tidak percaya kalau wanita itu mengenalnya.
" Jangan terkejut begitu. Aku mengenal semua orang yang ikut tim investigasi gabungan polisi. Duduklah, sepertinya ada yang mau kamu tanyakan?"
Jean menurut. Ia menarik salah satu kursi dan mengempaskan tubuhnya di sana. " Eumm..."
" Panggil saja Emma." Seolah tahu kebingungan Jean, Emma berujar.
" Oke," angguk Jean. " Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
Emma terkekeh, ia mematikan rokoknya dengan menekannya di asbak, lalu menyulut sebatang yang baru. " Tentang Ryuu?"
" Eh?"
" Kamu mau tahu tentang Ryuu, kan? Itu alasanmu bisa datang ke lantai tiga ini."
Jean membenarkan dengan anggukan. " Ya, mungkin aku terlalu serius menanggapi rasa penasaranku sampai aku datang ke sini," sahutnya, lalu tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...