Bagian 28

492 40 2
                                    


.
.
.

#-#-#

" Hoi, bangun!"

" Hoi!"

Jean mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya remang-remang yang menerobos korneanya. Kepalanya berusaha mengingat apa yang telah terjadi, hingga ia berhasil mengingat pecahan kejadian sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran. Bazar, Miika, Jhon, Giana, penculik, dan pukulan. Yang terakhir ia ingat adalah suara teriakan Giana memanggil namanya sesaat setelah suara hantaman benda keras di bagian belakang kepalanya. Setelah itu gelap. Jadi, dia berada di mana sekarang?

BUGH...

" Hoi, Miika. Bangun."

Jean mendesis pelan. Kepalanya terasa pening dan lengannya nyeri. Ia mencoba menggerakkan pergelangan tangannya, namun segera sadar bahwa kini tubuhnya terikat di sebuah kursi kayu. Ia mendongak sedikit, dan matanya menangkap sosok Giana yang juga terikat di kursi sama seperti dirinya, tepat di sebelahnya. Ia menoleh ke kanan, dan tak jauh dari tempatnya dan Giana yang berada di ujung ruangan, ada Miika yang terikat di kursi dengan tiga orang pria di depannya. Salah seorang dari mereka duduk di kursi, tepat berhadapan dengan Miika. Dua orang yang lainnya berdiri di belakang pria itu, tampak seperti pengawal.

" Jhon. Uhukk..." Miika berbicara dengan suara serak.

" Wah, kamu sudah sadar?"

Jean meringis pelan saat menyadari di mana dirinya sekarang. Matanya memindai sekeliling. Ruangan itu tampak sedikit gelap karena hanya diterangi dua lampu pijar yang berpendar kekuningan. Dinding ruangannya tidak dicat, hanya berlapis semen dan itu membuat suasananya semakin suram. Diam-diam Jean mendesah berat. Tentu saja mereka berada di tempat Jhon, apa lagi yang dia harapkan?

" Hei."

Jean menoleh sedikit, melihat Jhon kini menarik dagu Miika agar gadis itu memandang wajahnya. Pria itu menyeringai senang saat Miika membalas tatapannya. Dan sepertinya mereka tidak tahu kalau dirinya sudah sadar.

" Hai, lama nggak bertemu."

Miika tampak tidak membalas sapaan pria itu. Ia hanya memasang wajah datar dan tatapan tajam, tanpa merasa takut jika Jhon sewaktu-waktu melukainya.

" Kamu nggak mau bicara?" tanya Jhon seraya menepuk pipi Miika pelan, berusaha membuat gadis itu buka mulut.

Miika sendiri hanya menaikkan sebelah alis, namun tetap tidak bicara.

BUGH...

Jhon melayangkan pukulan ke perut Miika, membuat gadis itu tersentak dan terbatuk sesaat. Namun setelahnya ia kembali memasang wajah datar, tidak terpengaruh dengan pukulan yang baru saja dihantamkan Jhon ke perutnya.

Jhon sudah akan memukulnya lagi saat tiba-tiba Jean berseru. " Berhenti!"

Seketika kepala Miika berputar dan menatap Jean terkejut. Terlebih lagi saat matanya juga menangkap sosok Giana yang masih belum sadar duduk dalam keadaan tubuh terikat di kursi. Kepalanya tertunduk dalam.

" Kenapa mereka ada di sini?" Miika buka suara, tatapannya semakin menajam saat menyadari bahwa Jhon membawa dua orang selain dirinya.

Jhon menyeringai lebar. Ia mendekatkan kursinya ke depan Miika hingga lutut mereka beradu. Tubuhnya dicondongkan ke depan. " Kenapa? Kamu takut sekarang?"

Miika memejamkan matanya sesaat, lalu menghela napas. Kenapa Jean dan Giana bisa berada di sini? Dia bahkan tidak mengatakan apapun pada mereka, bagaimana bisa keduanya juga berada di tempat yang sama dengannya?

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang