.
.
.#-#-#
Ryuu keluar dari gudang bersama dua orang itu tepat saat ambulans dan mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi, diikuti beberapa mobil patroli yang datang setelahnya. Para petugas segera membantu Ryuu membawa dua orang itu, sedangkan Jean masih memasang wajah syok dan hanya bisa terpaku di tempatnya.
Saat petugas ambulans membawa pria yang terkena luka tembakan itu ke atas brankar, tiba-tiba pria itu menahan lengan Ryuu yang masih berdiri di dekatnya. Ia merogoh saku dalam jaketnya dengan tangannya yang berlumuran darah dan menyerahkan selembar foto pada Ryuu.
" Tolong... temui mereka. Dan katakan... aku minta maaf untuk semuanya."
Suara pria itu nyaris tak terdengar, namun Ryuu paham dengan melihat gerakan mulutnya. Ryuu hanya mengangguk dan menatap kosong ke arah pria itu hingga menghilang di balik pintu ambulans. Matanya beralih pada foto yang berada di genggamannya, dan seketika ia menipiskan bibir. Di foto itu, ada tiga orang di sana. Pria yang terluka tadi bersama dua orang wanita, yang Ryuu duga adalah ibu dan adiknya. Matanya mengerjap beberapa kali, lalu ia menghela napas berat berulang-ulang, tidak peduli dengan asap yang masih berbaur dengan udara yang dihirupnya.
#-#-#
Jean mengelilingi area pergudangan. Matanya berkeliaran mencari sosok Ryuu yang tiba-tiba saja menghilang setelah menolong dua orang tadi. Ia merasa tidak berguna saat sadar bahwa dirinya tidak melakukan apapun. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan Ryuu yang tidak meminta bantuannya. Karena, yah, dia memang kurang peka dengan sekitarnya. Ia bahkan tidak tahu ada orang yang meminta tolong di dalam gudang itu, dan dia sudah membuat kesimpulan terlalu cepat dengan mengira bahwa tidak ada orang di dalam sana. Padahal sudah jelas kalau orang-orang itu membakar gudang bukan tanpa alasan, orang-orang itu pasti meninggalkan sesuatu di sana jika mereka berpikir untuk memusnahkannya. Dan dia menghapus fakta itu dari otaknya.
Ia berhasil menemukan sosok Ryuu. Gadis itu tampak berdiri di gang sempit di antara dua gudang. Tubuhnya bersandar di dinding, kepalanya menengadah dengan mata terpejam. Ryuu tidak melakukan apa-apa selain hanya diam dan menghela napas berat berkali-kali.
Jean menghampirinya. Ia berdiri di dekat Ryuu dan menepuk bahu gadis itu. " Ryuu."
Ryuu menoleh sekilas, lalu menghela napas panjang. " Antarkan aku ke kantor. Dan bilang pada polisi aku akan membuat kesaksian besok."
Ryuu berbicara tanpa menatap Jean. Gadis itu bergegas pergi tanpa menunggu pemuda itu terlebih dahulu. Jean tidak berbicara apapun dan hanya mengikuti langkah Ryuu yang berjalan di depannya.
Tampak para petugas pemadam kebakaran sibuk memadamkan api, lalu beberapa polisi menghampiri Jean yang hendak masuk ke mobil Ryuu.
" Untuk laporannya, kami akan lakukan besok pagi. Sementara ini kalian bisa meyelidiki TKP dan cari penyebab api. Sebentar lagi Pak Rio akan datang kemari." Jean menjelaskan.
Para polisi itu mengangguk mengerti dan membiarkan Jean dan Ryuu pergi dari sana.
#-#-#
Keduanya tidak berbicara selama di perjalanan. Jean mengemudi dengan serius, sedangkan Ryuu masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Jean juga tidak berani bertanya karena ia tahu Ryuu sedang tidak ingin berbicara apapun sekarang. Jean melirik sekilas pada Ryuu yang penampilannya sudah kacau. Rambut cokelatnya acak-acakan, dan ia hanya mengenakan celana panjang dan kemeja saja. Blazernya ia biarkan teronggok di jok belakang mobil, sedangkan vest dan dasi merahnya ikut terbawa dua korban tadi.
Jean terus mengikuti ke manapun Ryuu pergi. Dia tahu seharusnya tidak melakukan hal itu, tapi ketika melihat sikap aneh Ryuu sekarang, ia merasa sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu. Sejak tadi Ryuu hanya menatap kosong sekitarnya, dan ia tidak berbicara sepatah katapun. Ia merasa Ryuu sangat emosional dalam menanggapi kejadian ini. Ada apa sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...