- Sebelumnya, aku minta maaf karena nggak ngepos bab baru minggu kemarin. Ada kendala sedikit dan akhirnya aku nggak bisa publish meskipun udah gatel banget. Maaf ya buat yang udah nungguin cerita ini(siapa juga yang nunggu?). Nih, aku udah publish bab barunya. Selamat membaca! ^^ -.
.
.#-#-#
" LO!"
Suasana kantin siang ini dipenuhi keributan. Kalau biasanya Juno yang menjadi otaknya, kali ini bukan. Beberapa murid laki-laki dari kelas XII tampak bergerombol, mengelilingi seorang siswi yang tampak santai berkacak pinggang di depan mereka. Miika.
" Jangan sok berani ngehalangin kita. Lo anak baru, kan?"
Salah seorang dari mereka berteriak di depan Miika. Tampak sekali menahan amarah.
Miika mendengus. Ia menunjuk ke arah seorang murid perempuan yang menundukkan kepala di sebelahnya. " Dia," ia menghela napas panjang. " Oh, ayolah... Kenapa kalian bersikap pengecut sekali? Lima lawan satu?" ujarnya dengan nada remeh.
Adrian bersama Giana dan yang lain hanya bisa memperhatikan kejadian itu dalam diam. Bukannya tidak ingin membantu Miika atau takut pada senior mereka, tapi karena mereka sudah diberi peringatan sebelumnya oleh gadis itu agar tidak ikut campur.
Ya, Miika melabrak lima siswa yang sejak mereka datang ke kantin sudah membuat keributan dengan menyuruh-nyuruh dan membentak seorang murid perempuan yang ternyata masih kelas X itu. Miika sendiri sebenarnya kurang tahu apa masalah yang terjadi di antara dua pihak, tapi tetap saja, lima orang laki-laki melawan seorang perempuan? Itu benar-benar tidak keren.
" Lo cari mati? Mau jadi sok pahlawan?"
Salah seorang senior dengan rambut cepak tiba-tiba saja mendorong tubuh Miika. Sebelah tangannya terulur hendak memukul kepala gadis itu. Namun ternyata gerakannya kalah cepat dengan Miika karena gadis itu segera memiting lengannya dan membenturkan tubuh pemuda itu ke meja di dekatnya. Sebuah gelas yang masih berisi jus buah seketika tumpah dan membasahi sebagian wajah siswa laki-laki itu.
" Akh..." Ia merintih pelan, masih dalam tekanan Miika.
" Aku yang harusnya bilang, kamu mau cari mati denganku, hah? Kamu pikir cewek selemah itu? Kamu mau yang lebih parah dari ini?" Miika berbicara di dekat telinga siswa senior itu tanpa mengecilkan volume suaranya, agar teman-teman pemuda itu mendengar ancamannya.
" Jadi," Miika menoleh dengan tatapan tajam. " Ada yang mau seperti dia?" tanyanya seraya mengedikkan dagu, menunjuk pemuda yang masih ditahannya di meja.
Empat senior dan beberapa murid yang menjadi penonton dadakan seketika bergidik ngeri melihat aksi brutal Miika.
" Hei, kalian! Dengar! Jangan pernah meremehkan perempuan. Kalian mengerti?" Miika menaikkan suaranya, membuat empat siswa senior itu berjengit takut.
" MIIKA! BERHENTI!"
Teriakan tegas itu membuat Miika dengan cepat melepas pitingannya. Ia berdiri tegak sambil melirik Rio yang kini berjalan dengan geram ke arahnya. Ya, pria itu mendengar laporan dari salah satu murid bahwa Miika sedang berkelahi dengan seniornya, dan seketika itu juga Rio seratus persen yakin, gadis itu akan berulah brutal. Benar saja, matanya hampir saja melompat keluar dari tempatnya saat melihat Miika menahan tubuh seorang pemuda di meja dengan santainya. Rio bahkan merasa nyaris frustasi ketika tahu kalau Miika malah membuat perlawanan sengit hingga hampir mencelakai orang lain.
" Ikut saya ke kantor," ujar Rio tajam sambil menarik telinga Miika.
" Aduh, Pak. Jangan tarik telinga saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...