Bagian 10

625 47 6
                                    


.
.
.

Halo, malam minggu! Aku datang bawa Ryuu, hehe. Maaf kalo ceritanya semakin gaje atau kurang memuaskan. Selamat membaca!

#-#-#

" Tidak ada yang bisa menemukan identitas lengkapnya? Apa maksudnya?"

Ruangan itu tampak dipenuhi beberapa orang. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian serba hitam. Hanya ada dua wanita di antara mereka, selebihnya adalah laki-laki. Ada seorang pria yang tampaknya bos mereka duduk di kursi besar di hadapan sebuah meja. Tangannya sibuk membuka-buka lembaran kertas di depannya.

" Diki, kamu tidak bisa mendapatkannya?" tanya seorang pria dengan setelan jas mahal yang duduk di single sofa, matanya menyorot pada seseorang yang duduk tak jauh darinya.

" Pihak kepolisian menyembunyikan identitasnya melalui jalur perlindungan saksi. Tidak setiap rincian kasus yang membuatnya terlibat bisa diakses oleh seluruh anggota. Ada beberapa berkas pribadinya yang hanya bisa dilihat oleh anggota yang kedudukannya lebih tinggi dariku. Jadi, aku hanya mendapat berkas kasus yang melibatkan dirinya, tapi aku tidak bisa mendapatkan data pribadinya, bahkan fotonya sekalipun."

Orang itu menjelaskan dengan memasang wajah serius. Tampak seseorang yang bertanya padanya tadi menatap tidak percaya padanya, namun ia tidak mengacuhkannya.

" Sudahlah, dia hanya orang baru yang menempeli target, kita seharusnya nggak perlu membahas dia seserius ini. Kita bisa melihat gerak-geriknya setiap bersama target kita. Bukannya kita hanya perlu fokus pada anak pimpinan kepolisian?"

Kali ini, seorang pemuda berambut ikal dengan tatapan tajam mengemukakan argumen. Dia sedikit bosan membahas orang yang terus menempeli target mereka itu.

" Derry benar, Jhon. Kamu terlalu serius menanggapi bocah baru itu. Memangnya apa yang mengganggumu?" Pria yang duduk di kursi kebesarannya tampak angkat bicara.

" Dia aneh. Sekar, ceritakan pada mereka." Ia memberi isyarat pada seorang wanita yang duduk di salah satu sudut sofa panjang yang ada di ruangan itu.

Perempuan bernama Sekar itu menghela napas sejenak, lalu mulai berbicara.

" Tadi pagi aku memberi perintah pada adikku agar mencoba melukai target kita. Sebenarnya aku tidak benar-benar bertujuan begitu, aku hanya ingin melihat tanggapan dari gadis yang kalian bicarakan tadi. Dan reflek gerakannya lebih dari perkiraanku."

Derry tampak menautkan alisnnya, berpikir. " Jadi itu ulah Ari?"

" Ya," wanita itu mengangguk. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. " Gadis itu melindungi target. Bahkan anggota polisi yang terus bersama mereka tidak punya reflek sebagus itu. Dia lebih mencurigakan dari yang kita kira."

Pria bernama Jhon menyeringai mendengar penuturan wanita itu. Sedangkan Derry masih tampak berpikir keras.

" Sudahlah, kita harus menunda pembahasan tentang gadis bernama Miika itu. Kita harus fokus dengan bisnis kita yang baru. Diki, kamu sudah pastikan polisi tidak tahu tempat transaksi kita?" tanya bos mereka dengan tatapan menyelidik.

" Ya, Pak Aryo, tenang saja. Semuanya sudah saya bereskan. Saya pastikan mereka tidak akan menemukan tempat anda."

" Baiklah, bagus. Sekarang kita mulai rapatnya."

#-#-#

Abi melirik tempat duduk di sampingnya beberapa kali. Ini sudah hampir jam masuk, tapi ia tidak mendapati tanda-tanda kehadiran Miika yang menjadi teman sebangkunya.

" Miika belum dateng?" tanya Jean tiba-tiba sudah berada di dekat bangkunya.

" Belum, nggak tahu gue. Dihubungin juga nggak bisa." Abi menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. Ia tampak sedang mengetikkan pesan.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang