.
.
.#-#-#
Jean terus mengikuti setiap gerakan Miika. Gadis berambut pendek itu tampak serius mengajari Giana yang bertanya beberapa materi pelajaran. Ya, meskipun Miika baru masuk ke sekolah ini beberapa minggu yang lalu, ia sudah menguasai seluruh mata pelajaran tanpa kesulitan. Jean sendiri tidak terkejut karena ia sudah menebak sejak awal kalau gadis itu bukan gadis sembarangan. Dia terlahir jenius.
Setelah kembalinya Jean dari kantin, pemuda itu memilih kembali ke kelas karena ingat akan tugasnya menjaga Giana. Setelah beberapa hari yang lalu Radith mengingatkannya agar lebih waspada dalam menjaga gadis itu, Jean sebisa mungkin berusaha tidak meninggalkan Giana, meskipun gadis itu sedang bersama orang lain. Seperti sekarang, meskipun Giana bersama dengan Miika dan Alena di kelas, ia tetap saja harus berhati-hati. Bisa saja ada orang yang menyerang putri dari kepala kepolisian itu secara tiba-tiba.
Alis Jean naik saat melihat Miika tiba-tiba berdiri di samping bangku Giana, tampak memunggungi kaca jendela yang memang terletak di dekat bangku itu, terlihat seperti menghalangi pandangan Giana dari jendela. Jean menatap aneh pada Miika yang tampak sedikit menunduk mengajari Giana yang masih bertahan di bangkunya sendiri.
Ada apa?
Namun, belum sempat Jean berpikir jauh tentang perbuatan Miika, tiba-tiba terdengar suara benda menghantam kaca di belakang punggung gadis itu dengan keras.
PRAAANNG...
Dan tubuh Miika limbung ke arah Giana disertai pecahan kaca jendela yang bertebaran.
#-#-#
Matanya mengerjap pelan. Ia meringis sambil memegangi kepalanya, berusaha bangkit dari tempat berbaringnya sekarang.
" Lo udah sadar? Ada yang sakit?"
Nyaris saja ia terjengkang dari ranjang kalau ia tak menjaga keseimbangannya. Oke, dia memang tidak pingsan, ia hanya berpura-pura tadi agar tampak seperti gadis biasa yang akan segera pingsan saat kepalanya dihantam sesuatu, bahkan ia tahu siapa yang membawanya ke UKS, dan orang itu adalah pemuda yang duduk di sebelah ranjangnya sekarang. Tapi serius, ia mengira semua orang sudah keluar dari ruang UKS itu beberapa menit lalu, tapi kenapa pemuda itu masih di sini?
" Ya," Miika hanya mengangguk kecil, lalu meringis lagi. " Hanya sedikit pusing."
Jean tampak percaya. Pemuda itu mengangguk menanggapi Miika.
" Giana?"
" Dia baik-baik aja. Lo nutupin badan dia."
" Lalu, benda apa tadi?" tanya Miika pelan.
" Bola basket."
" Huh?"
Jean belum sempat menjelaskan pada Miika saat pintu UKS tiba-tiba terbuka. Disana, Rio tampak menatap Miika serius.
" Bisa tinggalkan kami berdua?"
Jean terkejut dengan permintaan Miika saat melihat Rio masuk ke sana. Ia memandang bergantian antara teman sekelasnya dengan guru bahasa Inggrisnya itu. Ah, atau atasannya di kantor?
" Eh? Apa?"
Oke, mengapa Jean bertanya lagi? Bukankah permintaan Miika tadi sudah jelas di telinganya?
" Oh, oke." Dan tanpa menunggu Miika mengulang ucapannya, Jean segera berdiri dari duduknya di samping ranjang yang ditempati gadis itu dan berjalan menuju pintu, sambil masih terus menatap bingung keduanya.
Setelah yakin Jean menutup pintu dengan benar, Rio segera menghampiri Miika yang masih duduk di ranjang.
" Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...