Bagian 16

632 44 1
                                    


.
.
.

#-#-#

Adler mendesah pelan, kedua mata abu-abunya memindai siapa saja yang kini duduk bersama dengannya di ruangan itu.

Miika duduk di sebelah kanannya, lalu di sebelah kirinya ada wanita muda yang menjadi wali Ari, siswa yang membuat keributan dengan Miika kemarin. Di depan mereka berempat, ada Bu Dina sebagai wali kelas Miika, dan Rio duduk di samping wanita itu.

" Kami kurang tahu apa alasan mereka berkelahi karena mereka berdua tidak mau mengatakannya. Tapi karena ini bukan keributan pertama yang dibuat Miika, jadi kami memanggil anda ke sini."

Adler segera saja melayangkan tatapan tajamnya pada Miika yang seketika beringsut menjauh darinya. Seulas senyum canggung ia tampilkan, berusaha membuat Adler sedikit tenang.

" Sudah aku bilang berapa kali..."

" Jangan membuat keributan. Dan jangan mudah emosi," potong Miika cepat sebelum Adler menyelesaikan kalimatnya.

Tatapan tajam Adler kini ditambah dengan geraman di bibir. Miika yang menyadari kesalahannya kali ini langsung saja meringis. " Maaf," cicitnya.

Rio menatap keduanya bergantian, begitu juga Bu Dina, Ari, dan wanita di sampingnya turut memerhatikan interaksi antara Miika dan Adler.

" Minta maaf!" seru Adler memerintah.

Miika menurut. Ia berdiri dari duduknya dan menghampiri wanita yang tak lain adalah kakak Ari, Sekar. Miika memandang lama wanita itu, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun ditahannya.

" Maafkan saya dan juga Ari. Kami berdua sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan kami yang sebelumnya."

Sekar memerhatikan Miika yang berdiri berhadapan dengannya. Ia mengulurkan tangan, mengusap bahu lengan gadis itu.

" Nggak papa. Wajar kok kalian bikin keributan seperti ini, lagi pula kalian masih remaja. Tapi lain kali coba lebih dikontrol emosinya, kalian ada di sekolah, jadi harus jaga sikap. Kamu juga Ari, kalau ada masalah jangan asal pukul, selesaikan baik-baik. Kakak kan sudah bilang ke kamu sebelumnya."

Ari mengangguk. " Maaf," sesalnya.

Miika menipiskan bibir. Kagum pada Sekar yang berbicara dengan sabar pada dirinya dan Ari. Dia tahu kalau wanita itu tidak sedang berakting sekarang.

" Maaf," ujar Miika mengikuti Ari.

Sekar tersenyum, sekali lagi mengelus lengan Miika. " Nggak papa."

#-#-#

Bu Dina sepertinya memang punya hobi mengacak tempat duduk siswanya. Kali ini, entah bisa dianggap kesialan atau keberuntungan untuk Miika, karena gadis itu duduk sebangku dengan Derry. Pemuda itu terus melayangkan tatapan tajamnya sejak Miika menempati kursi di sebelahnya. Seolah-olah memberi peringatan pada Miika untuk tidak beramah-tamah dengannya.

" Mohon kerjasamanya," ujar Miika dengan semangat, mengabaikan delikan Derry di sebelahnya.

" Jangan sok jadi cewek baik," gumamnya tajam.

Miika terkekeh, memutar tubuhnya menghadap Derry yang masih bertahan dengan tatapan lasernya.

" Terlihat jelas, ya?" tanyanya santai. Tidak ada nada tersinggung dalam suaranya.

Derry berdecih, berusaha tak acuh pada teman sebangkunya yang baru. Ia tidak suka dengan sifat Miika, segala sesuatu tentang gadis itu membuatnya merasa terancam tanpa sebab. Ia juga tidak tahu kenapa ia malah merasa diawasi oleh gadis itu, seperti dirinya yang juga mengawasi Giana.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang