Maap kalo ada typo yak?! ^^.
.
.#-#-#
Ryuu tahu, bahwa akan ada orang lain yang membantu Aryo dan Frederic untuk kabur menggunakan kapal. Ia tahu, kalau mereka mencoba menabur umpan pada polisi untuk memancingnya keluar. Dia tahu, kalau mereka berusaha mengecoh polisi dengan dua kali pengalihan tempat, yang membuat para polisi itu kebingungan hanya agar mereka bisa membawa Ryuu sebagai tawanan. Lucu sekali, Ryuu yang tahu itu semua tidak ingin mendapat bantuan polisi, dan lebih memilih mengatasi semuanya sendiri. Karena dia tahu siapa orang yang ingin bertemu dan membawanya.
" Jadi, untuk game selanjutnya, kita mulai dari mana?"
Ryuu berjalan mendekat, seraya menyunggingkan senyuman tipisnya. Sebenarnya ia sudah datang lebih awal ke pelabuhan, namun ia tidak mencari keberadaan Aryo dan komplotannya di sana. Ia memang tengah membuat rencana sendiri untuk bisa menyelesaikan urusannya dengan Red, orang yang dia tahu sebagai penebar umpan untuk memancingnya.
Ya, sejak awal Red lah yang mengincarnya. Pria itu memanfaatkan status buron Aryo dan hubungan antara Ryuu dan polisi untuk bertemu dengannya. Sepertinya pria itu benar-benar ingin menyelesaikan urusannya dengan Ryuu secepatnya.
Saat Ryuu tahu Jean sudah tiba di pelabuhan, gadis itu mengikuti pria yang dibawa oleh salah satu bawahan Aryo itu. Ya, Ryuu mengawasi kedatangan Jean sejak awal ke tempat itu, tapi ia tidak segera muncul untuk melihat reaksi dan pergerakan Red. Barulah saat melihat nyawa Jean terancam di bawah todongan pistol bawahan Red, ia tidak bisa diam. Dengan cepat dilemparnya pisau kecil yang sudah ia siapkan ke punggung tangan orang itu. Ryuu tidak peduli apakah ia akan membuat orang itu mati kehabisan darah atau hanya sekadar terluka, yang jelas dia tidak boleh membiarkan Jean mati.
" Sebenarnya saya tidak mempunyai urusan dengan anda, Pak Aryo," ujar Ryuu santai. Yang langsung dihadiahi tatapan jengkel Jean yang kini berada di sebelahnya.
" Kamu bicara apa? Kita di sini untuk menangkapnya," bisik Jean.
Ryuu tertawa geli seraya matanya memindai sekeliling. Yang ia perlukan sekarang hanya menyelesaikan masalahnya dengan Red yang tidak akan berhenti mengejarnya, tapi dia tahu kalau dia tidak boleh mengabaikan keberadaan Aryo dan Frederic.
" Kalau kamu memang tidak punya urusan denganku, kamu akan membiarkanku pergi, kan?"
Tampak sekali Aryo tengah menahan rasa khawatirnya. Pria itu beringsut berjalan di dekat tumpukan kotak kayu, berusaha kabur dari sana. Ryuu yang awalnya mengawasi dalam diam melemparkan sebuah pisau yang langsung menancap ke peti kayu, tepat di dekat leher Aryo. Belum cukup, Ryuu mengambil sebilah pisau lagi dan melemparkannya ke arah Aryo lagi, membuat leher pria itu kini diapit dua pisau yang menancap kuat di peti kayu di belakangnya.
" Ah, hati-hati, Pak Aryo. Salah bergerak, leher anda bisa tergores. Jadi lebih baik anda tetap di sana dan menunggu teman-teman Jean datang menjemput anda."
Ryuu menyeringai lebar. Membuat Aryo dan Frederic yang bergeming di tempat masing-masing hanya bisa menatap gadis itu ketakutan. Ryuu tidak punya wajah sangar dan postur tubuh tinggi besar, tapi tatapan mengintimidasinya dan nada suaranya bisa membuat orang lain gemetaran.
" Jadi, Pak Frederic, bisakah anda diam di tempat anda juga? Aku cuma punya urusan dengan Red, jadi lebih baik anda bersikap baik di sini atau pisauku meleset ke arah anda."
Frederic hanya bisa diam dan mengangguk cepat. Ia masih sayang nyawanya, dan tidak mau mengambil resiko mati sia-sia di tangan Ryuu.
Ryuu mendekati Jean dan mengulurkan sebuah handgun berwarna perak. " Kamu harusnya lebih teliti dengan perlengkapanmu. Hati-hati memakainya, tekanannya cukup kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...