.
.
.#-#-#
" Papa, bukannya kita harus kasih tahu Arina kalau Jii-chan meninggal?" seorang anak laki-laki seusia SMP menatap ayahnya sedih.
Arya menoleh, lalu mengangguk seraya bergumam. " Benar. Kita harus memberitahunya."
Arya mengajak Raiden untuk mendatangi sekolah Arina, gadis kecil yang sudah dianggap sebagai cucu sendiri oleh ayah keduanya. Daniel dan Youren juga ikut bersama dua pria itu. Keempatnya menunggu sosok gadis itu muncul di luar gerbang sekolah elit yang menjadi tempatnya belajar sekarang.
" Ayah, kenapa Rin nee-chan nggak keluar-keluar?"
Youren kecil memandang serius ke arah gerbang, seolah tak sabar menanti sosok gadis yang selalu dianggapnya kakak itu.
" Kalian!"
Bukan orang itu yang diharapkan Arya dan Raiden. Mereka benar-benar tidak ingin melihat orang itu sekarang. Namun mereka memang tidak bisa mengelak pertemuan itu, karena bagaimanapun juga, di manapun Arina berada sudah pasti orang itu juga ada di sana.
" Dia papanya Arina." Daniel bergumam khawatir. Yakin bahwa tidak akan mudah untuk mereka bertemu Arina sekarang.
" Kenapa kalian ada di sini? Kalian mau membawa anakku?"
" Tidak, kami hanya..."
" Anakmu?" Raiden memotong ucapan Arya dengan nada sinis. " Ayah mana yang suka mengurung dan selalu memerintah anaknya seperti robot? Anda bahkan tidak peduli dengan keinginan Arina!"
" Rai..." Arya mencoba menegur dan memegang bahu adiknya. Namun Raiden segera menepisnya dan menatap ayah Arina dengan tatapan tajam.
" Kalau kami memang mau membawa Arina, anda mau apa? Saya bahkan bisa menculik Arina dan membawanya sekarang."
" Rai!"
" Om Rai? Om Arya?"
Suara bernada gembira itu membuat tiga pria dewasa yang tengah bersitegang menoleh. Di sana, gadis kecil berambut panjang dikucir kuda menatap berbinar pada orang-orang yang datang menemuinya.
" Ren-chan? Kak Daniel?"
Senyumnya mengembang. Senyuman yang hilang sejak dua bulan yang lalu itu terulas di bibirnya.
" Arina! Masuk mobil!"
Arina terperanjat saat mendengar perintah sang ayah. Matanya melebar takut, tapi tidak ada keinginan untuk pergi dari sana.
" ARINA! Ayah bilang masuk mobil sekarang!"
Mata Arina berkeliaran nanar. Tapi tetap bergeming. " Ada apa? Om kenapa ke sini?" tanyanya dengan suara bergetar.
" Maaf, Pak. Izinkan kami berbicara dengan Arina sebentar..."
" Arina!"
Kalimat Arya lagi-lagi terpotong. Kini ayah Arina menarik lengan gadis itu dan menyeretnya pergi.
" Ayah, lepas!"
" Jangan membantah!"
" Onee-chan!"
Pekikan diiringi suara isakan dari bibir Youren membuat Arina semakin memberontak. Tatapan gadis itu terpaku pada air mata Youren yang mengalir deras di pipi.
" Ayah, lepas! Lepasin Arina!" Arina terus saja berontak, sedangkan sang ayah masih berusaha menariknya menuju mobil yang diparkir tak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...