Bagian 18

569 48 2
                                    


Hai! Selamat malam minggu! Hehehe. Ada yang kangen sama ceritaku? Atau udah pada bosen? Hihihi, jangan bosen dulu, masih panjang ini. Aku aja belom tahu endnya di bab berapa. Oke, selamat membaca!

.
.
.

#-#-#

Miika mencoba berpikir keras. Dia tidak mungkin menelepon salah satu teman laki-laki Giana, karena jika orang-orang suruhan Jhon tahu Giana tidak berada dalam pengawasan polisi, mereka juga pasti tidak akan melepas gadis itu. Miika membenturkan kepalanya ke pintu loker, mencoba memikirkan jalan keluar, tapi ia tidak bisa berpikir sama sekali.

" Shit!"

Miika akhirnya tetap menuju parkiran sambil terus berpikir. Dia harus menjaga Giana agar tetap aman sekaligus berusaha agar gadis itu tidak curiga padanya. Menyadari kalau pikirannya benar-benar buntu saat ini, Miika hanya bisa mendesah berat.

" Miika?"

Miika tersentak. Ia menoleh cepat ke arah suara yang memanggilnya dan mendapati Giana tengah memandangnya bingung.

" Kamu kenapa?"

" Ah, tidak... Aku baik-baik saja. Ayo kuantar pulang."

Miika menyuruh Giana masuk ke mobilnya. Sembari terus berusaha memutar otak, Miika melajukan mobilnya keluar dari area parkir. Matanya menatap awas keadaan sekitar sekolah yang sangat sepi, sepertinya para murid memang sudah pulang ke rumah masing-masing. Raut wajah Miika berubah serius saat menangkap pantulan dua mobil hitam dari kaca spion. Orang-orang suruhan Jhon mulai mengikutinya.

" Sepertinya aku harus melakukan cara klasik," gumam Miika pelan. Menyadari bahwa saat ini dia tidak punya pilihan lain selain kabur dari mereka dengan berbagai cara. Ia tidak bisa melawan orang-orang itu sekarang karena akan membuat Giana curiga. Tapi dia juga tidak mungkin menyerahkan diri karena Ari bilang dia belum menyelesaikan persiapan kabur dari kelompok itu.

" Gia," panggil Miika pelan.

" Ya?"

Giana menatap bertanya. Ia merasa Miika bersikap aneh sejak tadi. Gadis itu tampak sedikit cemas dan sedang memikirkan sesuatu.

" Sebenarnya... Aku sedikit lapar. Bagaimana kalau kita mampir ke kafe sebentar?"

Alis Giana seketika bertaut. Jadi itu yang dipikirkan Miika sejak tadi?

Giana tersenyum. " Boleh. Ayo kita makan dulu. Gimana kalo kita sekalian jalan-jalan ke mall?"

Mall?

Benar juga. Kenapa Miika tidak terpikirkan hal itu sejak tadi? Mereka bisa menghilangkan jejak mereka di sana.

" Oke. Kita makan di mall." Miika tersenyum lebar. Merasa lega karena bisa memikirkan jalan keluar selanjutnya setelah mendapat usulan spontan dari Giana.

#-#-#

Radith menatap tajam pemuda di depannya. Sesaat kemudian ia menghela napas berat. Di sebelahnya, Rio tampak mengetukkan jemarinya ke meja ikut melayangkan tatapan tajam pada pemuda itu. 

" Saya memberitahumu tentang Miika bukan agar kamu menyelidikinya dan membuat kamu melupakan tugas awalmu."

Radith berbicara serius. Tidak ada lagi raut ramah yang biasanya selalu ditampilkan olehnya. Keningnya berkerut dalam, seolah tengah berpikir keras.

" Maaf," jawab Jean. Pria itu menundukkan kepalanya penuh rasa bersalah.

Ya, Radith tengah menyidang Jean setelah mendapat laporan dari petugas ruang arsip bahwa polisi muda itu sedang meneliti kasus yang berkaitan dengan Miika. Radith tahu kalau Jean sebenarnya penasaran dengan sosok gadis itu, tapi dia sudah keterlaluan jika menyelidiki masa lalu Miika yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang