Bagian 14

623 42 3
                                    


.
.
.

#-#-#

" Hubungi orang tua kalian agar datang ke sekolah besok!"

" Saya sudah tidak punya orang tua, Pak," sahut Miika dan Ari bersamaan.

Rio membawa kedua murid itu ke kantornya. Rasa-rasanya ia sudah tidak bisa menangani Miika lagi. Seharusnya gadis itu tidak sering membuat ulah agar ia tidak menjadi pusat perhatian, tapi memang dasarnya Miika kurang bisa mengontrol emosi, gadis itu mudah sekali terpancing dan membuat keributan seperti itu. Tapi sekarang ia sedikit terkejut mendengar jawaban kedua siswanya yang duduk bersisian itu.

" Baiklah, suruh wali kalian datang besok. Untuk sekarang, tulis surat permohonan maaf dan janji untuk tidak mengulangi hal seperti itu lagi. Terlebih kamu, Miika. Ini sudah keberapa kalinya kamu berbuat seperti ini."

" Ya, Pak." Keduanya menyahut bersamaan kembali.

" Tulis dengan benar. Saya keluar dulu."

Sepeninggal Rio, keduanya hanya diam menatap kertas putih dan bolpoin yang ada di depan mereka. Ari hampir angkat suara saat tiba-tiba Miika membungkam mulutnya dengan sebelah tangan. Pemuda itu melayangkan tatapan protes, tapi kemudian ia melirik ke arah jam tangan yang dikenakan Miika yang menampakkan cahaya merah samar.

Ada penyadap di pakaianmu

Miika menulis sebuah kalimat di kertas putih di depannya.

Ari mengatupkan bibir. Ia menuliskan balasan di kertas yang sama.

- Gue tau -

Miika melirik Ari sekilas.

Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?

Ari tidak langsung menulis. Ia mengamati Miika sebentar.

- Gue butuh bantuan lo -

Bantuan apa?

- Bantu gue bawa keluar seseorang -

Siapa?

Ari tampak merogoh sakunya. Ia membuka dompetnya dan mengambil secarik foto. Sebuah foto lama.

- Lo pasti tau siapa orang yang ada di foto itu -

Miika memandangi foto itu. Seorang pemuda dengan seragam putih abu-abu merangkul seorang gadis berseragam putih-biru. Ia terkesiap saat menyadari wajah pemuda yang tampak familiar di matanya. Wajah itu memang terlihat sangat muda daripada yang ia tahu sekarang, tapi ia tetap bisa mengenali orang yang ada di foto itu karena tidak banyak perubahan dengan bentuk wajahnya.

Farren. Lalu siapa gadis itu?

- Sekar. Kakak perempuan gue -

Miika seketika memutar kepalanya, menatap Ari serius. Pemuda itu mengangguk meyakinkan.

Miika memijit pangkal hidungnya, merasa pening. Ia memejamkan matanya sesaat, lalu kembali menulis.

Dari mana kamu tahu Farren?

Ari diam sesaat.

- Gue pernah ngikutin lo, dan gue liat lo ketemuan sama dia. Gue juga udah tahu wajah asli lo. Gue emang nggak tahu siapa lo sebenernya, tapi tolong bantu gue ketemu sama orang yang namanya Farren itu. Gue harus kasih tau ke dia tentang kakak gue. -

Kakakmu punya hubungan apa dengan Farren? Dan kenapa minta bantuanku?

- Gue bakal jelasin nanti. Gue tahu kalo lo ikut penyelidikan kelompok mafia itu, dan gue bakal kasih informasi apa aja tentang mereka ke lo, asalkan lo mau bawa kakak gue keluar. Kakak gue jadi sandera mereka. -

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang