Bagian 8

636 39 2
                                    


.
.
.

#-#-#

Miika berjalan cepat sambil menenteng sebuah kantong plastik di tangannya. Matanya menjelajah ke seluruh area lantai dua rumah sakit yang didatanginya. Sekarang sudah larut malam, namun dirinya segera datang ke tempat itu setelah mendapat kabar dari Rio tentang kejadian yang sama sekali tak terduga. Polisi yang mengintai tempat yang dijadikan markas pengedaran narkoba oleh anak buah Aryo terlibat perkelahian. Dan kini mereka tengah dirawat di rumah sakit itu bersama seorang korban dari warga sekitar tempat mereka dikeroyok karena cedera yang cukup parah di kepala dan di beberapa bagian tubuh yang lain.

Mata Miika tak sengaja menangkap sosok seorang pria yang mengenakan kemeja kepolisian, dan tampak dari raut wajahnya, ia tengah berbincang serius dengan seseorang melalui ponselnya. Tapi ia merasa ada yang aneh, karena pria itu seolah sedang bersembunyi dari sesuatu. Mata pria itu juga terus memperhatikan sekeliling, tampak waspada akan sekitarnya.

Ketika pria itu selesai dengan percakapannya, Miika segera menormalkan raut wajahnya dan mengubah gestur tubuhnya sehingga tampak seperti orang yang kebingungan. Untung saja ia mengenakan topi saat ini, jadi ia yakin si polisi tidak melihat ekspresi wajahnya dengan jelas.

" Maaf, kamu mencari siapa?"

Miika dengan cepat menoleh saat mendengar pertanyaan bernada lembut dari pria yang menjadi perhatiannya tadi. Ia menangkap senyum lebar pria yang sudah jelas seorang polisi itu, dilihat dari pakaian yang dikenakannya.

Miika melirik sekilas name tag seragam pria itu, lalu bertanya. " Maaf, anda kenal Pak Rio, kan? Aku keponakannya. Dia tadi meneleponku dan menyuruhku membeli makanan. Dia menyuruhku datang ke sini."

Pria itu tampak mengerutkan kening heran seraya mengamati penampilan Miika dari atas sampai bawah. Sampai pada wajah Miika dan tatapan keduanya bertemu, si polisi semakin menatapnya intens. Seolah ia tengah mencoba mengingat sesuatu ketika melihat sosok di depannya sekarang.

" Kamu benar-benar keponakannya? Siapa nama kamu?" tanyanya sedikit curiga.

" Raiden. Bapak bisa bertanya langsung pada Pak Rio."

Polisi itu terlihat mengotak-atik ponselnya.

" Halo, Pak Rio. Ada anak laki-laki yang mengaku keponakan Bapak. Dia bilang anda yang menyuruhnya ke sini."

Polisi itu tampak serius mendengar jawaban Rio. Tak lama kemudian ia terlihat menutup panggilan.

" Pak Rio ada di lorong sebelah sana. Kamu bisa ke sana sendiri, kan?" tanyanya kembali bernada lembut seperti pertama kali ia menanyai Miika. Ia menunjuk arah lorong di mana Rio berada.

Kening Miika berkerut di balik topi, tapi tak urung ia menganggukkan kepala dan mengucap terima kasih pada polisi itu sebelum pergi dari sana. Beberapa langkah ia berjalan, kepalanya tertoleh sedikit untuk memastikan bahwa pria berseragam polisi itu tidak mengikuti di belakangnya.

#-#-#

" Ryuu..."

Kepala Jean sontak menoleh cepat ketika mendengar Rio menyebut nama itu. Keduanya kini duduk di kursi yang berderet di depan kamar pasien. Bukan hanya mereka berdua sebenarnya, karena ada dua petugas polisi lain yang juga ikut berjaga bersama mereka. Seketika Jean mengernyit saat mendapati seseorang berpenampilan kasual menghampiri Rio. Pemuda itu tampak mengenakan jaket kulit warna cokelat, celana panjang hitam dan topi hitam. Ia membawa sebuah kantong plastik yang tampak cukup kontras dengan penampilannya. Tapi tunggu dulu! Ryuu?

Jean mengamati keseluruhan penampilan pemuda itu. Ia kesulitan melihat wajahnya, namun Jean bisa melihat jelas kalau pria itu menghiasi telinga kirinya dengan anting berbentuk naga.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang