Ada yang nungguin Ryuu?.
.
.#-#-#
Ryuu memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, seraya sebelah tangannya mengetikkan sebuah pesan di ponselnya. Sepasang mata hitamnya mengawasi jalan dengan saksama, seolah memastikan jalan yang dilewatinya tidak salah arah.
Ponselnya berdering. Dengan cepat diangkatnya panggilan yang masuk itu sembari tatapan matanya masih tak teralihkan.
" Halo? Kamu sudah menerima pesanku?" sapanya tanpa basa-basi.
" Siapkan perlengkapanmu, aku akan menunggumu di sana."
Dilemparkannya ponsel berwarna hitam itu ke bangku di sebelah kemudi. Hingga beberapa waktu berkendara, ia sampai di tempat tujuan yang disebutkan oleh si pengirim pesan.
Tanpa ragu Ryuu keluar dari mobil, melangkahkan kakinya memasuki gedung kosong setinggi lima lantai itu. Tidak luput dari tatapan tajamnya cahaya yang menerobos jendela kaca di lantai teratas gedung, menandakan bahwa itu adalah tempat yang harus didatanginya.
Sesampainya di sana, ia mendapati sebuah ruangan dengan pintu yang dibiarkan terbuka, membuat cahaya lampu yang menyala di ruangan itu menyorot ke luar, ke arah lorong gelap di dekat tangga. Ryuu mendekat dengan langkah pelan dan tenang, sembari otaknya memutar dugaan tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi sekarang. Lalu mata hitamnya menangkap dua sosok itu di dalam ruangan. Seorang pria dan wanita.
Kedua tangan perempuan itu diikat menjadi satu menggunakan tali, dan digantung ke atas kayu besar yang menjadi penyangga rangka atap bangunan itu. Ia hanya mengenakan tank top hitam sebagai pakaian atasnya, dan ia mengenakan celana panjang berwarna hitam. Ada beberapa luka di bagian wajah perempuan itu, juga di lengannya yang terikat kuat, sedangkan keadaannya kini tengah tak sadarkan diri.
" Apa yang sudah kau lakukan padanya, Cole?" tanya Ryuu dingin, matanya menyipit tajam pada pria yang memunggunginya, berdiri tepat di hadapan perempuan yang terikat itu.
" Apa yang telah kulakukan? Menurutmu?" ia balik bertanya. Pria itu berbalik menghadap pada Ryuu.
Keduanya saling menatap tajam, seperti tengah berkirim pesan lewat sorot mata masing-masing. Ada yang janggal dari kejadian ini menurut Ryuu, namun ia tidak akan tahu apa itu jika Cole tidak mengatakan apapun padanya.
Cole, pria berpostur tinggi besar dengan rambut pirang itu tampak mengenakan jaket berwarna cokelat dan celana jeans abu-abu. Luka baret di sepanjang muka bagian kirinya masih tampak jelas. Dan kini, sepasang mata cokelat terangnya menatap tajam pada Ryuu.
" Kau mengirimkannya untuk menemuiku, Ryuuzaki?" tanya Cole tiba-tiba.
Ryuu mengerutkan kening. Dua tangannya dimasukkan ke saku celana dan kemudian ia menggeleng pelan.
" Aku tidak mengirimkan siapapun padamu."
Hening kembali hingga beberapa waktu. Mata Ryuu kini tidak lagi bertatapan dengan pria itu, melainkan mengedar ke seluruh penjuru ruangan dengan pencahayaan remang-remang itu. Matanya menyipit sesaat ketika menemukan sesuatu yang aneh di sudut dinding ruangan. Ia mengalihkan tatapannya pada arloji yang dikenakannya sesaat, penglihatannya menangkap cahaya merah yang menyala samar di tepiannya. Lalu senyum tipisnya terbit.
" Jadi, apa yang terjadi padamu, Cole? Kau bukan orang yang suka meninggalkan saksi untuk pembunuhanmu, dan kau juga bukan orang yang membunuh yang bukan targetmu. Lalu, untuk apa dia di sini? Bukankah akan sangat merepotkan kalau dia menjadi saksimu?" Ryuu menunjuk wanita sandera itu, lalu tersenyum miring. " Bagaimanapun juga, prinsip kita dalam menghabisi target sangat mirip, bukan? Bersih dan tanpa jejak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Action[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...