Bagian 33

530 41 4
                                    


Halo, maaf ya kalo ada typo. Belom sempat ngedit, ngebut ngetik ini. Soalnya sejak kemarin ide yang nongol di otak malah buat cerita yang lain. Kalo ada typo silakan kasih tahu di komen ya? Makasiiih... ^^
.
.
.

#-#-#

Dentuman musik, suara tawa dan percakapan orang-orang, serta dentingan gelas yang beradu berbaur menjadi satu, seketika menerjang gendang telinga Ryuu ketika menjejakkan kakinya ke tempat itu. Penerangan samar dan dihiasi kerlip lampu yang berputar di langit-langit ruangan mengharuskan Ryuu menyesuaikan penglihatannya dengan menyipitkan mata. Ia cukup sering masuk ke tempat seperti ini, namun ia tetap tidak terbiasa dengan suara bising yang mengiringi tarian pria dan wanita yang turun ke tengah ruangan, menari bersama. Kepalanya mendadak pening sesaat, namun dengan cepat ia menguasai diri.

" Mencari siapa?"

Ryuu menoleh pada pria yang duduk di dekat pintu masuk. Pria itu seolah tengah menyambut tamu-tamu yang datang ke klub itu. Tapi nyatanya tidak, ia hanya menyapa sebagian orang yang menurutnya datang bukan untuk menari di tengah ruangan, tapi memiliki maksud lain. Dan sepertinya insting pria kurus itu cukup kuat, karena ia bisa menebak tujuan Ryuu datang ke sana dengan sekali lihat.

Ryuu mengulurkan sebuah kartu berwarna hitam yang didapatkannya dari Wira, yang segera diterima oleh pria penjaga pintu. Kartu nama pemilik tempat penuh gemerlap itu. Si pria jangkung memberi isyarat dengan gerakan kepala agar Ryuu mengikutinya.

Keduanya menaiki tangga ke lantai dua tempat itu. Ryuu berjalan di belakang pria itu seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Matanya masih memindai sekitar saat ia tiba di depan sebuah pintu yang dijaga dua pria bertubuh besar dengan tato memenuhi kedua lengan. Ryuu mengangguk sopan menyapa orang-orang itu dan beranjak masuk ketika dipersilakan.

" Siapa dia?" tanya si pemilik ruangan.

" Pelanggan."

Si pria penjaga pintu undur diri setelah menjawab pendek. Sedangkan Ryuu masih setia berdiri di tempatnya, meski pandangan matanya mengedar mengitari tempat itu.

Selain meja dan kursi besar milik pria berjas rapi yang menjadi pemilik ruangan, ada satu set sofa berwarna hitam dan coffee table kaca sebagai pelengkap. Di atas meja ada beberapa gelas kaca dan sebotol wine yang sudah berkurang isinya. Dan sepertinya memang tidak ada ruangan dengan pencahayaan terang di tempat itu, karena ruangan yang dimasukinya sekarang hanya dihiasi lampu kekuningan yang menempel di dinding.

" Nama?"

" Ren."

Ryuu melirik pria yang duduk di kursi besarnya itu. " Namamu?"

Pria itu tertawa kecil. " Bukannya kamu sudah melihat kartu namaku?" tanyanya balik.

Sudut bibir Ryuu tertarik ke atas. " Ah, benar. Joe."

Si pria mengangguk. Ia bangkit dari kursinya, menghampiri sofa panjang dan duduk di sana. Tangannya meraih sebuah gelas dan menuangkan wine yang ada di mejanya.

" Minum?"

Dengan gerakan anggun dan tidak berlebihan, Ryuu menerima gelas yang diulurkan padanya, mengapitnya dengan ibu jari dan telunjuk. Sesaat ia menggoyangkan gelas itu pelan sebelum menyesap isinya.

" Menarik. Sepertinya kamu bukan pelanggan biasa."

Ryuu tahu bahwa pria-yang ia taksir umurnya sekitar tigapuluhan awal- itu tengah mengamati caranya menikmati segelas anggur. Ia ikut mengempaskan tubuhnya ke sofa tunggal, duduk menyamping menghadap Joe seraya menyilangkan kaki.

Another Half ( Dragon #2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang