.
.
.#-#-#
" Aku akan ke Jepang minggu ini."
Farren menghentikan suapannya, begitu pula Sekar yang langsung mengalihkan perhatiannya dari piring di depannya.
" Ada masalah apa? Urusan bisnis?" tanya Farren.
Ryuu menggeleng. " Nggak. Ada urusan lain."
Hening. Farren menatap Ryuu bingung saat menyadari bahwa gadis itu tidak menjelaskan maksud ucapannya. " Adler ikut?" tanyanya lagi.
" Nggak. Aku akan berangkat ke sana sendiri."
Farren meletakkan sendoknya, ekspresinya berubah serius. " Apa yang terjadi?"
Ryuu menghela napas panjang, tahu bahwa percuma menyembunyikan sesuatu dari Farren. Pria itu tidak akan membiarkannya bermain rahasia dengannya. Terbukti sekarang dari tatapan penuh tuntutan dari pria itu, seolah memberi peringatan agar Ryuu tidak mencoba mengalihkan pembicaraan atau kabur tanpa penjelasan.
" Jadi?" desak Farren tak sabar.
" Aku akan menemui keluarga ayahku."
Mata Farren mengerjap, sekali, dua kali. " Keluarga ayahmu?" tanyanya terkejut. " Kamu ketemu mereka?"
" Nggak, belum. Ada seseorang yang menghubungiku dan bilang ingin membicarakan beberapa hal mengenai keluarga ayahku. Ah, lebih tepatnya keluarga kakekku. Yah, begitulah."
Selama mengenal Ryuu, Farren memang tidak pernah mendengar tentang keluarga gadis itu. Ah, lebih tepatnya Ryuu sangat jarang membicarakan masalah pribadinya kepada orang lain, kecuali tentang orang tuanya yang tewas dalam insiden pembunuhan. Bahkan Farren yakin kalau Adler juga tidak tahu menahu tentang keluarga Ryuu selain paman Albert dari pihak ibu Ryuu dan keluarga Arya Hanggara dari pihak ayah gadis itu. Ryuu juga tidak pernah berniat menemui keluarga ayahnya saat ia berada di Jepang dulu, dengan alasan ia tidak yakin apakah mereka benar-benar kerabat kakeknya atau bukan. Padahal jika Ryuu mau sedikit berusaha, ia bisa dengan mudah mencari keberadaan keluarga ayahnya di negeri sakura itu.
" Kenapa kamu jadi ingin menemui mereka? Mereka bilang sesuatuke kamu?"
Ryuu mengangguk. " Kakekku meninggal saat aku berusia 7 tahun, satu setengah tahun sebelum meninggalnya orang tuaku. Mereka bilang kakekku menitipkan wasiat pada mereka untuk disampaikan padaku. Aku sedikit heran sebenarnya, karena kakekku tinggal di Indonesia semenjak menikah dengan nenekku dan jarang berkunjung ke Jepang setelahnya. Jadi, kenapa dia menitipkan wasiat itu ke mereka? Sedangkan ayahku bahkan saat itu masih hidup dan bersamanya di sini. Bukannya itu aneh?"
Farren mengangguk setuju. Memang aneh. Saat seharusnya wasiat itu langsung tersampaikan pada putranya yang hidup bersamanya, kenapa dia lebih memilih menitipkannya pada keluarganya yang berada di tempat jauh?
" Sepertinya kakekku menyembunyikan sesuatu. Karena itu aku harus ke sana. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya dirahasiakan oleh kakekku."
#-#-#
Ryuu keluar dari gate dan berjalan santai menyusuri bandara. Sejenak ia langsung bisa merasakan hawa musim semi yang sudah menyapa Jepang sejak beberapa waktu lalu. Menikmati musim semi di negara itu sepertinya tidak akan dilewatkan oleh Ryuu, ia akan memanfaatkan kunjungannya kali ini untuk sekalian pergi berlibur untuk menyegarkan otaknya. Setelah beberapa waktu lalu ia benar-benar disibukkan dengan berbagai macam hal, beristirahat sebentar tidak salah, bukan?
Tepat ketika Ryuu keluar dari bandara, seseorang berjas hitam tiba-tiba sudah menghampirinya.
" Aoi Ojou-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Half ( Dragon #2 )
Aksi[15+] . . . #-#-# Hm? Menjadi seorang pengawal? Oh, ayolah. Selama ini dia adalah seseorang yang bekerja dengan keinginannya sendiri. Dia tak pernah suka jika harus menjadi bawahan seseorang, dan hal itu pulalah yang membuatnya keluar dari temp...