📌Letting Go [Mark, Herin]

978 154 24
                                    

Sebulan berlalu sejak hari dimana Mark menyuruh Herin menunggu. Tapi sampai kini belum ada tanda-tanda pemuda itu akan memutuskan kekasihnya. Parahnya, akhir-akhir ini malah mereka lebih sering terlihat bersama. Wajar memang karena mereka adalah pasangan kekasih tapi disini ada Herin, yang statusnya masih digantung oleh Mark.

Herin bingung. Ia ingin menjauh tapi baru memantapkan niat, pemuda itu malah datang. Baru optimis, pemuda itu pergi lagi. Begitu terus hingga kini. Herin lelah menunggu. Apalagi mendengar gosip tentang dirinya yang mencoba merusak hubungan orang lain.

Maka Herin berada disini. Di depan rumah Mark di minggu pagi. Membawa serantang makanan yang dimasak oleh mamanya untuk Mark setelah tahu jika pemuda itu sedang ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Berniat menghabiskan hari minggu ini bersama pemuda itu, sebelum semuanya berubah.




"Dibangunin aja, neng. Tadi malem begadang jadi susah bangun padahal dari subuh udah bibi bangunin."

"Iya, bi. Ini tolong disiapin ya bi buat sarapan."

"Wah makasih neng, jadi ngerepotin."

"Nggak kok bi. Itu dari mamah tadi masak. Aku ke atas ya bi."

"Iya neng silakan. Kunci serepnya ada di laci meja samping pintu ya neng."

Herin mengangguk, lalu dengan cepat beranjak menuju kamar Mark di lantai dua. Sedangkan Bi Ijah langsung ke dapur lagi.

Herin mencoba membuka pintu kamar Mark, yang ternyata tidak dikunci. Ia melongok, menemukan pemuda itu masih tidur dengan posisi tengkurap di atas kasur. Selimut sudah tak berbentuk, posisi pemuda itu juga malah melintang. TV sudah mati walaupun stick PS masih berada di atas kasur. Herin juga mendapati banyak bungkus bekas makanan ringan di lantai.

"Mark."

Sekali mendengar, Mark langsung bergerak dan tersadar jika ada Herin di kamarnya. Pemuda itu perlahan bangkit duduk, lalu melirik jam dinding.

"Maaf, gue baru tidur jam 1 tadi malem." Ucap Mark serak. "Minggu depan deh, janji."

Herin tersenyum. "Gapapa. Mandi gih, mama bawain sarapan tuh. Gue tunggu bawah."

Mark buru-buru menahan lengan Herin, "Ga marah kan?"

"Nggak, Mark. Kan kata lo kita bisa jogging minggu depan."

Mark mengangguk. "Hm. Gue janji."

Herin tersenyum. "Yaudah sana mandi." Gadis itu berbalik, keluar dari kamar dan menutup pintunya.

Senyumnya pudar, "Jangan pernah berjanji kalo pada akhirnya ga pernah nepatin, Mark.."

























Herin mengambil tisu lagi. Menghapus air mata yang sedikit keluar dari sudut matanya karena banyak tertawa. Mereka sedang menonton film di ruang tengah. Tadinya ada Jaemin, Seyla, dkk, tapi sekarang mereka sudah pulang. Ini sudah film ketiga. Setelah tadi menonton suck seed, speed scandal, sekarang mereka menonton film Indonesia.

"Hal yang paling menyakitkan adalah harus berpura-pura bahagia ketika melihat orang yang dicintai mencintai orang lain."

Herin diam-diam tersenyun pahit, ia jadi menunduk, berpura-pura mengecek hapenya padahal jadi ingin menangis hanya dengan mendengar kalimat barusan. Katakan Herin lebay, tapi memang berat. Bukan hanya sakit, ia juga lelah.









Jam 4 sore, Herin dan Mark kini sudah berjalan di jalanan komplek yang ramai dengan anak-anak kecil bermain. Kedua remaja SMA itu berjalan beriringan menuju rumah Herin sambil menikmati es krim yang dibeli di minimarket dekat rumah Mark tadi.

[1] Chewing Gum✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang