Luna pov
"leen nulis-nya buruan kenapa!! nanti gue telat nihh" seruku, ish aileen nyebelin udah tau aku lagi buru buru pake masih nyatet segala
" sabar kenapa na, lagian ini masih jam dua lewat lima, lo ngumpul jam setengah tiga ini " aku mendengus kesal, dia gak tau apa kalo aku udah gak sabar ketemu sama melvin
"hm, lagian lo kenapa gak minjem catetan gue aja sih ?" tanyaku
"kalo udah sampe rumah, gue mager hehe" balasnya dengan cengiran
" huft... selesai juga" ucap aileen
" yaudah ayo, lama lama serem juga dikelas cuma kita berdua" ucapku
bel pulang sudah berbunyi dari tadi, otomatis anak anak pun udah pada pulang, ya palingan ada lah satu dua orang yang masih disekolah tapi mereka diluar kelas sedangkan aku dan aileen masih didalam kelas.
.
.
aku berjalan menuju ruangan pak dayat sendirian. ya sendirian karna aileen udah dijemput sama kakaknya.
aku menghentikan langkahku. kulihat celin berdiri tak jauh dari melvin. mereka terlihat sedang bercengkrama ria dan beruntung mereka tak menyadari keberadaanku
mereka cocok.
aku menghela napas pelan. ya inilah resiko yang harus kutanggung. menyukai seseorang yang hatinya jelas jelas untuk orang lain. Bodoh.
akupun jalan menghampiri mereka sambil meremas rok abu abu-ku berharap rasa sakit ini bisa tersalurkan ke hal yang lain
" sabar na, sabar" ucapku pelan
" eh..luna" ucap celin dengan senyum yang mengebang, cantik
aduh celin kenapa lo cantik banget sih, pantes melvin suka sama lo. udah cantik, pinter, jago nari lagi.
lah kalo aku ?
oke, cukup luna merendahnya.
" eum.. na pak dayat udah balik duluan katanya langsung kerumah nya aja" ujar melvin
" oh gitu yaudah, gue duluan ya" aku langsung membalikan badan dan bersiap untuk pergi
" tunggu na!! " mendengar suara melvin aku langsung membalikan badanku pada posisi semula
" lo tau rumah pak dayat?" tanyanya
"eum.. gue tau daerah rumahnya doang sih kalo rumahnya gue kurang tau"
" yaudah hp lo mana"
"nih" ucapku sambil menyodorkan handphone-ku ke melvin
" oke, alamatnya udah gue tulis dimemo sama kalo ada apa apa hubungin gue, ada nomer gue disitu" ucapnya
aku mengambil handphone ku, dan gak sengaja aku melirik kearah celin.
loh?
kulihat raut wajah celin sedikit berbeda dari sebelumnya, matanya sedikit sendu seperti memancarkan kekecewaan.
duh jadi gak enak sama celin.
" yaudah gue duluan ya na, gue nganterin celin dulu" ucapnya dan aku balas dengan menganggukan kepala
deg.
melvin menggenggam tangan celin erat.
seakan tak membiarkan celin jauh jauh darinya.mereka telah berlalu, hanya menyisakan punggung yang makin lama makin menjauh
tanpa sadar setetes air mata luruh begitu saja dari mataku. tak ingin ada yang menyadari langsung saja ku hapus air mata yang masih ada dipipi.
aku langsung membuka handphone ku

KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
Roman pour AdolescentsKisah ini tentang Luna. Gadis cuek dan kurang peka ini diam-diam menyimpan Banyak Luka. Mata sehitam Batu obsidian itu kerap Memancarkan Duka. Namun Ia punya seribu topeng untuk dikenakan. Senyumnya adalah Rahasia Terbesar. Dan tangisnya adalah Kebe...