18. Baikan?

3.4K 168 22
                                    

Elden merasa ada yang aneh. Sedari tadi Syera selalu menunjukan senyum sambil menatap ponselnya. Elden pun menghampiri Syera yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ya Syera sedang menunggu Elden latihan Futsal sepulang sekolah.

"Ada apa?" Tanya Elden seraya duduk disamping Syera.

Syera tersenyum pada Elden. "Besok minggu aku mau main ke Rumah Luna."

"Luna? Siapa?"

"Sepupu aku. Kamu mau tau nggak? Luna itu baik banget, Cerdas lagi. Dia selalu menang kalau ikut lomba apapun. Kadang aku iri sama dia, Hidup Luna terlalu sempurna, Dia punya dua kakak laki-laki, Mama dan Papanya lengkap. Beda sama Aku yang cuma berdua sama Papa." Raut wajah Syera mengeruh.

"Kamu punya aku Ra, Satu hal yang Luna nggak punya."

"Oh iya yah aku lupa hehe. Aku juga kadang bingung. Dihidup sempurna nya Luna, Dia masih aja keliatan sedih."

Elden menautkan Alisnya bingung, "Maksudnya?"

"Aku udah beberapa kali liat Luna nangis sendiri di kamar. Dan setelah aku selidikin ternyata Luna merasa kesepian El. Mama dan Papanya jarang ada dirumah, Kedua kakaknya sibuk sama aktivitas sekolahnya. Tapi Luna selalu bisa menipu diri kalau didepan Aku. Dia nggak pernah cerita apapun, Luna selalu tersenyum, Seakan dia nggak punya beban. Padahal aku tau kalau beban yang Luna pikul terlalu berat kalau hanya Anak kelas Dua Smp sendiri yang memikulnya."

"Terus kamu mau apa?" Tanya Elden.

"Aku mau Lindungin Luna bahkan walau harus dengan nyawa aku sendiri." Syera Tersenyum tulus pada Elden.

Elden mendengus kesal, "Luna bukan anak kecil yang harus kamu lindungin Ra."

"Luna emang bukan anak kecil, Dia jauh lebih dewasa daripada aku. Tapi ada satu sisi Luna dimana kamu akan rela buat melindungi dia El."

"Apa itu?"

"Dia terlalu rapuh untuk jadi Kuat El."

Saat ini Elden setuju dengan perkataan Syera. Sejak pertemuan awalnya dengan Luna, Elden sama sekali menyangkal kalimat yang pernah Syera katakan. Luna hanyalah gadis ceroboh yang mempunyai emosi tinggi padanya. Sama sekali bukan seperti gadis yang Syera ceritakan.

Namun kali ini, Elden diam-diam mengikuti Luna dari belakang. Persetan dengan dirinya yang kini seperti seorang penguntit.

Elden merasa ada yang aneh dari Luna, Saat Ia berada di balkon kamarnya, Elden melihat Luna tengah berjalan keluar rumah sendirian, Padahal hari telah menjelang malam.

Ia pun memutuskan untuk mengikuti Luna diam-diam. Hingga akhirnya Luna membawa Elden sampai ke Taman belakang komplek.

Elden terus mengamati Luna dari belakang, Jaraknya dengan Luna tidak terlalu jauh dan memungkinkan Elden mendengar apa saja yang Luna katakan.

"Bahkan walau ada banyak bintang diatas pun, Luna tetep merasa kesepian Mah, Pah." Gumam Luna.

Detik berikutnya terlihat punggung Luna yang bergetar hebat, Luna terisak dalam heningnya Malam.

Elden hanya melihat Luna dengan raut wajah yang datar. Pikirannya melayang kemana saja. Pertemuan awalnya dengan Luna membuat laki-laki itu sedikit membenci Luna, Dikarenakan Luna memiliki wajah yang sedikit mirip dengan Syera, Yang membuat Elden enggan berdekatan dengan Luna. Itu hanya akan membuat hatinya menjerit merindukan Syera.

"Kalau nanti aku nggak ada, Kamu mau 'kan gantiin aku Lindungin Luna, El?" Tanya Syera.

Perkataan Syera terus terngiang-ngiang diingatannya. Melihat Luna yang ketus lebih menyenangkan daripada harus melihatnya sedang terisak seperti ini. Jika Elden ingin melindungi Luna seperti perkataan Syera, Akankah dia sanggup? Melindungi Syera saja Ia tak mampu.

SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang