Author pov
"Jadi ceritanya lo lagi seneng nih, melvin tau nama lo" ucap Aileen yang langsung ditanggapi Luna dengan anggukan dan tak lupa senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Sori nih Na kalo baru tau nama lo doang sih menurut gue masih belom ada tanda tanda Melvin tertarik sama lo" ujar Aileen
"Yehh kalo itu juga gue tau" Luna suka bingung dengan sahabatnya, mengapa Aileen tak pernah mendukungnya dengan Melvin justru sebaliknya aileen sangat kesal dengan Melvin
selang beberapa detik setelah mereka berbicara, Iwan si ketua kelas memanggil Luna dari depan pintu
"Luna lo dipanggil pak Dayat disuruh ke ruangan-nya "
"Eh? gue sendiri?"tanya luna
"Iya sendiri, udah sono cepetan" omel Iwan
"Iya, iya elah sabaran dikit kenapa" ucap luna seraya pergi menuju ruang pak Dayat
.
.
"Permisi pak, bapak manggil saya ?" tanya Luna ketika sudah didepan pintu ruang pak Dayat
"iya, silahkan masuk luna"ucap pak Dayat
"kalo boleh saya tau ada apa ya pak ?"
"Ehm kita tunggu satu orang lagi ya" ujarnya dan masih fokus dengan Ponselnya.
jehh gue dikacangin, batin luna
"Maaf pak saya telat, tadi saya ke toilet dulu"
Deg.
Mendengar suara itu membuat luna tersentak dan menoleh ke sumber suara tersebut.
sepertinya semalam luna bermimpi tertimpa durian runtuh, bagaimana tidak sehari ini luna sudah dua kali bertemu Melvin
" ya sudah duduk kamu" ucap pak dayat seraya meletakan Ponselnya.
"saya memanggil kalian berdua karna ada suatu hal yang ingin saya berikan"
"ehm, apa itu pak?" tanya luna
"sebelumnya, saya ingin bertanya apakah kamu salah satu anggota klub detektif?" tanya pak dayat dengan tampang seriusnya
luna mengangguk "i..iya pak" jawabnya
"Apa klub itu masih aktif ?"
"Sudah enggak pak, soalnya banyak yang kurang minat" ujar Luna
"Kalau begitu saya butuh bantuan kamu"
"Ehh, serius pak?" tanya Luna
Pak dayat mengangguk lalu matanya beralih pada Melvin yang duduk disebelah Luna
"Pak sebenarnya saya dibutuhin gak sih" tanya Melvin
"Hm, kamu masuk klub apa ?
"Nggak ada, saya gak ikut apa apa" ucap Melvin yang membuat pak dayat geleng geleng
"Kenapa gak ikut ?" tanya pak dayat
"Mager pak" balasnya.
"Saya denger denger kamu lagi deket sama Celin, kenapa gak ikut klub dia aja kan enak tuh bisa deketan terus "
"Ya kali pak saya ikut klub nari"
"Kenapa emang, Kalo cowok Ikut Klub Tari? Temen gue ada kok." akhirnya luna angkat bicara
"Ck, gue yakin dia kalo buang air pasti melenceng hehe." ucap Melvin
" MELVIN, kamu bisa liat Keadaan gak? masih ada luna disini" gertak pak dayat
"Eh astagfirullah saya lupa pak " ucapnya dengan mata terbelalak melihat kearah Luna.
"Ya sudah lebih baik kamu bantuin luna nanti daripada gak ada kerjaan, masalahnya cuma kamu yang gak masuk klub apapun" mendengar itu membuat Melvin mau tak mau harus mengangguk.
"Jadi apa masalahnya pak?" tanya Luna
"Jadi gini, uang saya hilang dan sebelum hilang uang itu ada didalam amplop sekarang amplop tersebut kosong. pasti ada yang mencurinya" tutur pak dayat
"Kenapa gak lapor polisi pak?" tanya Melvin
"Kamu pikir lapor ke polisi gak pake uang" pak dayat ini guru yang terlalu hemat saking hematnya jadi lupa mana yang hemat mana yang pelit
"Kalo menurut saya ini pasti orang dalam pak" ucap Luna
"Hm, yasudah pulang sekolah nanti kalian kumpul lagi disini, kita kerumah saya bareng bareng"
" tapi pak saya gak ada kendaraan" luna menghela napas, ia selalu naik angkutan umum tapi kerumah pak dayat itu harus dua kali naik dan uang saku nya akan habis untuk kerumah pak dayat saja, untuk pulang masa ia harus jalan kaki
"Kamu sama Melvin, kamu bawa motor kan vin?" tanya pak dayat
"Eh, iya pak tapi saya mau nganterin celin pulang dulu"
Deg.
"Ehm, saya naik angkot atau gak ojek aja pak ". Lagi lagi Celin yang selalu diprioritaskan Melvin
"Serius kamu?" tanya pak dayat
luna mengangguk "i..iya pak" jawabnya melihat itu Melvin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke telinga Luna, tanpa sadar muncul rona merah diwajahnya
" luna lo emang temen terbaik gue"
-SAUDADE-

KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
Ficção AdolescenteKisah ini tentang Luna. Gadis cuek dan kurang peka ini diam-diam menyimpan Banyak Luka. Mata sehitam Batu obsidian itu kerap Memancarkan Duka. Namun Ia punya seribu topeng untuk dikenakan. Senyumnya adalah Rahasia Terbesar. Dan tangisnya adalah Kebe...