ALOHAAAA....
Maap-maap ya gaes, padahal aku udah mau update dari kemarin-kemarin. Tapi aku sedikit sedih huhu, udah banyak yang nggak komen 'NEXT KAK' or 'LANJUT THOR'
Kalian tau nggak? komen kek gitu tuh kasih pengaruh besar banget buat aku, berasa masih ada yang nunggu cerita aku, nggak kayak chapter sebelumnya bahkan bisa dibilang sedikit banget yang komen kayak gitu:(
Tapi gapapa, aku tetep lanjut Saudade kok hehe....
Happy Reading gaes wkwk....
Malam ini Luna tampak gelisah, dirinya berdiri di balkon kamar sambil memegang telepon genggamnya erat. Jujur, Luna sangat penasaran dengan masa lalu Elden yang tampaknya masih saja Elden sembunyikan darinya. Tapi... menjadi pendamping ketua panitia untuk Juna sangatlah membuat Luna naik darah. Membayangkan dirinya akan disuruh-suruh oleh Juna, sedikit menyentil emosinya saat ini.
"Sabar Luna...Huhh..Hahh..Tarik nafas...Buang.." Ucap Luna berkali-kali.
Luna memejamkan kelopak matanya erat, "Sial, gue harus gimana?!"
Luna rasa ia butuh sesuatu untuk mengisi kerongkongannya yang mulai kering saat ini. Ya, mungkin jika ia minum bisa membuat pikirannya menjadi jernih dan dapat mengambil keputusan yang benar.
Luna segera keluar kamarnya dan menuju dapur, tanpa membuang waktu lebih lama, ia langsung meminum segelas air putih dingin dari kulkas.
"Duilehhh haus banget kayaknya? Habis ngapain sih lo?" Kata Valdo membuat Luna sedikit terkejut.
Selesai minum, Luna langsung meletakan gelasnya di meja makan. "Senang dunia akhirat lo, kalo tau adik perempuan satu-satunya mati muda Cuma karena tersedak." Luna mencibir sinis kearah Valdo.
Tawa Valdo menggema seketika, "Hahaha, kalo ngomong suka bener."
"Bodo ah." Luna memberengut kesal. Ia jalan dengan menghentak-hentakan kakinya ke lantai.
Valdo mengikuti kemana Luna berjalan sekarang, "Yaelah baper mulu lo Na."
Luna hanya memutar kedua bola matanya malas. Kini Luna dan Valdo duduk di kursi taman belakang Luna.
"Ngapain lo ngikutin gue?"
"Masih marah?" Ledek Valdo.
"Ihhhhh, kenapa sih Kak Valdo selalu bikin gue kesel?!"
Valdo terkekeh pelan, "Mungkin itu tujuan gue diciptakan sama Tuhan yang maha Esa."
"Takdir lo buruk banget kalo gitu."
"Kok bisa? Bikin lo marah itu suatu hal yang bisa buat awet muda hehe."
Luna tersenyum sinis, "Salah, memperpendek usia yang ada."
Valdo meringis pelan, "Yaudah maaf-maaf hehe."
Luna memutar kedua bola matanya malas. Kini sunyi yang menemani mereka berdua, baik Luna ataupun Valdo memilih diam, seperti nyaman dengan pikiran masing-masing saat ini.
"Ngomong-ngomong soal takdir, apa kita boleh menghakimi masa lalu seseorang yang udah jadi takdir dia?" Luna buka suara, seketika Valdo menoleh kearahnya.
"Maksud lo soal menghakimi?"
"Ya...saat nanti lo tau tentang masa lalu seseorang dan lo ngga bisa menerima masa lalu yang udah jadi takdir buat dia, apa itu hal yang salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
Ficção AdolescenteKisah ini tentang Luna. Gadis cuek dan kurang peka ini diam-diam menyimpan Banyak Luka. Mata sehitam Batu obsidian itu kerap Memancarkan Duka. Namun Ia punya seribu topeng untuk dikenakan. Senyumnya adalah Rahasia Terbesar. Dan tangisnya adalah Kebe...