Awal Luna melihat Celin memeluk Elden saat itu ia tahu ada yang tidak beres diantara keduannya. Tapi otak jeniusnya sama sekali tidak menemukan jawaban akan mereka berdua. Jelas semuanya membingungkan bagi Luna.
Kini Luna menatap bayangannya sendiri di cermin kamar mandi sekolah. Ia basuhkan air ke wajah cantiknya. Ia penat memikirkan segala hal yang mungkin saja bisa terjadi antara Celin dan Elden. Bunyi notif dari ponselnya membuat Luna sedikit terkejut.
Elden.
Kalo udah selesai rapat langsung chat gue, nanti gue jemput. Jangan pulang naik bus apalagi sama Melvin.
Luna terkekeh membaca isi pesan dari Elden. Elden benar-benar lucu jika sedang cemburu seperti itu.
Luna Radinka
Iya-iya Bosque wkwk
Asik chat-an bersama Elden membuat Luna tanpa sadar telat lima belas menit dari jam yang ditentukan oleh Juna. Luna langsung buru-buru keluar dari toilet dan langsung menuju ruang kelas XII IPA 1 yang dijadikan tempat untuk rapat panitia.
Dengan tenang Luna berjalan di koridor kawasan anak Ipa. Kelas sudah mulai sepi, membuat setiap langkah Luna terdengar begitu menggema. Dari jauh Luna sudah melihat sosok Juna di depan pintu kelas XII IPA 1. Dengan kedua lengan yang bersidekap di depan dadanya, Juna menatap Luna jengah.
"Bagus, hari pertama rapat udah telat." Ucap Juna sarkas.
Luna memutar kedua bola matanya malas, "Gue telat lima belas menit doang. Nggak usah hiperbola."
"Lima belas menit? Lo ngomong sepele tapi lo liat anak-anak yang lain udah dari tadi nungguin lo kayak orang bego."
"Emang gue minta ditungguin? Kalo emang mau mulai rapatnya, yaudah mulai gausah nungguin gue."
Juna mendengus kesal, Luna benar-benar membuat darahnya naik. "Karena lo udah telat, lo gue hukum!"
"Hah?" Luna menatap Juna tak percaya, apa dihukum? Astaga, Luna hanya telat lima belas menit. Perlu di garis bawahi lima belas menit. Juna benar-benar mengajak perang.
"Nggak usah cari masalah deh lo." Luna menatap Juna tajam.
"Gue nggak terima penolakan, cepet lo lakuin gerakan 'Kepala. Pundak. Lutut. Kaki. Lutut. Kaki.' Berulang kali sampai lima belas menit. Inget kaki lo harus jongkok sampai bawah."
"Gila. Gue nggak mau, kalo lo maksa gue, gue nggak bakal mau ikut rapat." Ucap Luna dan langsung berbalik membelakangi Juna.
"Gue bakal bilang Bu Falmi kalo gitu."
Reflek Luna menoleh kebelakang menatap Juna Tajam, "Lo........" Geram Luna.
Juna menatap Luna dengan tatapan meremehkan. Lucu juga menggoda Luna hingga marah seperti ini.
"Cepetan, jangan buang-buang waktu."
"Fine. Gue lakuin perintah lo."
Luna mulai melakukan apa yang Juna perintahkan, walaupun sedikit konyol menurut Luna. Ia memegang kepalanya, "Kepala." Lalu Luna memegang pundaknya, "Pundak." Kemudian Luna memegang lututnya, "Lutut." Dan yang terakhir kaki nya, "Kaki." Teriak Luna.
"Kepala. Pundak. Lutut. Kaki. Lutut. Kaki." Teriak Luna berulang-ulang membuat Juna tertawa terbahak-bahak.
Sampai akhirnya Luna mulai lelah, napasnya mulai naik turun. Ia sudah tidak kuat lagi, walaupun awalnya Luna pikir ini tidak akan melelahkan ternyata Luna salah besar. Jika tidak percaya coba silahkan lakukan di rumah minimal selama sepuluh menit saja hehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
Novela JuvenilKisah ini tentang Luna. Gadis cuek dan kurang peka ini diam-diam menyimpan Banyak Luka. Mata sehitam Batu obsidian itu kerap Memancarkan Duka. Namun Ia punya seribu topeng untuk dikenakan. Senyumnya adalah Rahasia Terbesar. Dan tangisnya adalah Kebe...