11 - Alasan

760 48 3
                                    

Dibacanya pelan-pelan ya wkwk

***

“Shania, bangun sayang udah siang... kamu ini ya kalau libur, tidur sampai siang mulu gak baik tau,” omel Sarah. Entah sudah berapa kali Sarah mengguncang tubuh Shania yang seperti beruang jika sudah tidur.

“Hm... Bunda berisik banget sih... ngantuk tau, Bun. satu menit lagi,” ucap Shania pelan dengan mata tertutup.

Sarah menyibak selimut yang membalut tubuh Shania. “Gak ada satu menit-satu menitan. Cepet bangun, buka tuh jendelanya biar udara masuk.”

“Iya, Bunda bawel.” Shania mengubah posisi tidurnya dan menenggelamkan wajahnya pada bantal.

“Enak aja bilang Bunda bawel. Bunda bawel tuh buat kebaikan kamu juga.” Sarah kembali mengguncang tubuh Shania untuk bangun.

Sarah mengambil dan menarik kedua tangan Shania agar tubuh Shania terangkat. “Ayo bangun!”

“Ah Bunda,” Shania terduduk dengan mata masih terpejam “iya nih Shania bangun, udah.”

“Itu mata dibuka. Awas ya kalo tidur lagi.” ancam Sarah.

Shania pun beranjak dari tempat tidurnya setelah Sarah keluar dari kamar. Shania berdiri dan berjalan menuju pintu kaca balkon.

Shania menutup mulutnya saat menguap. Shania tidak tau mengapa dirinya sangat malas untuk bangun hari ini. Rasanya Shania ingin memeluk guling kesayangannya sepanjang hari ini.

Shania membuka pintu kaca yang berada di balkonnya agar udara pagi bisa masuk.

Namun setelah Shania menggeser pintu balkonnya, ternyata Arga --penghuni kamar sebrang—juga bersamaan membuka pintu balkonnya. Shania terdiam beberapa detik menatap Arga. Mulut Shania sedikit terbuka akan keterkejutannya.

Masih dengan keterkejutannya, Shania berjalan pelan ke balkonnya. “Arga... lo kenapa?”

Shania tidak melepas tatapannya pada Arga. Lebih tepatnya pada tangan kiri Arga yang digips.

“Enggak kok Shan, gak apa-apa. Ini cuma-”

Belum selesai Arga menjawab, Shania langsung berbalik dan berlari masuk ke dalam kamarnya. Shania berlari ke bawah dengan tergesa.

Setelah Shania menuruni tangga, Ia hampir saja akan menabrak Bundanya yang sedang berjalan dengan membawa gelas.

“Astagfirullah” Sarah kaget luar biasa, Ia hampir saja menumpahkan air di gelas yang dipegangnya “kamu tuh ya kenapa lari-lari sih? Eh...SHANIA!” teriak Bundanya saat Shania melewati saja Sarah dengan lanjut berlari tanpa meminta maaf.

“SHANIA KAMU MAU KEMANA?” teriak Sarah lagi.

“KE RUMAH ARGA BENTAR, BUN.” Tanpa mendengar jawaban Bundanya, Shania sudah menghilang dari pintu utama.

Shania berhenti tepat di depan gerbang rumah Arga. Shania mengatur nafas karena berlari tadi. Pak Amir –Satpam yang bekerja di rumah Arga-- yang melihat Shania pun langsung membukakan gerbang.

“Eh neng Shania, pasti nyari-“
Belum selesai Pak Amir bertanya, Shania malah berjalan dengan tergesa memasuki rumah keluarga Winata itu. Shania langsung membuka pintu utama dan tanpa sadar Ia kembali hampir menabrak wanita berparas cantik yang sangat Ia kenali.

“Ya ampun, Shania. Kamu kenapa buru-buru gini?” tanya Luna --Mama Arga—bingung.

“Eh... maaf tante, Shania gak liat.”

“Iya gak apa-apa. Ya udah deh Shan, tante berangkat dulu ya soalnya tante juga lagi buru-buru nih mau ada meeting sama klien penting,” pamit Luna.

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang