35 - Jauh

215 8 6
                                    

Setelah berbincang sebentar dengan teman temannya, Arga langsung pergi pulang kerumahnya dengan perasaan bahagia. Entah apa yang benar – benar membuat Arga bahagia.

Namun, saat sampai kedepan gerbang yang berada disebelah rumahnya, kebahagian itu seakan – akan berubah menjadi emosi yang ingin meledak pada detik itu juga.

Arga melihat Shania yang berdiri disamping mobil hitam dengan lelaki disampingnya. Shania terlihat bahagia disana. Rezzi, yang akhir – akhir ini dekat dengan Shania berhasil membuat Arga menahan emosinya saat ini.

Senyum Shania hilang, saat matanya bertemu dengan mata Arga yang masih di dalam mobil dengan kaca mobil yang sengaja Arga buka. Arga memalingkan wajahnya bebarengan dengan kaca mobil yang tertutup secara perlahan.

Namun saat Arga akan pergi dari sana, Sarah, Bunda Shania, keluar dari balik gerbang yang sejak tadi tertutup dan itu membuat Arga tidak jadi pergi. Yang membuat Arga tidak jadi pergi, bukan karna Sarah keluar, tetapi karna Sarah memanggil Arga.

Arga keluar dari mobilnya lalu menghampiri Sarah yang berdiri di samping Shania. Sarah bisa merasakan bahwa putrinya ini sedang tegang saat Arga menghampirinya.

“Kamu kemana aja Ga?” tanya Sarah saat Arga sudah menghampirinya lalu mencium punggung tangan Sarah. “Ada kok tan. Cuma emang akhir – akhir ini, aku pulang malem terus,” jawab Arga seramah mungkin.

“Oh iya Shan, oleh – oleh buat Arga udah kamu kasih?” tanya Sarah pada Shania yang sedari tadi diam dengan wajah yang bingung. “Belum Bun,” jawab Shania singkat.

“Loh? Kenapa? Ambil gih, kasihin.” Perintah Sarah.

Shania langsung beranjak dari sana untuk mengambil oleh – oleh dari Sarah untuk Arga yang dibawakannya dari malaysia kemarin.

Rezzi yang mungkin sedari tadi berdiri disamping Shania dengan keterdiamannya, menghampiri Sarah. “Tante, saya pamit pulang ya,” pamit Rezzi dengan tangan yang terulur pada Sarah. Sarah membalas uluran tangan Rezzi. “Oh iya Rez. Hati – hati ya.”

“iya Tan.”

“Makasih juga loh udah nganterin Shania pulang.” Rezzi hanya mengangguk dengan senyumnya yang tipis namun manis.

Rezzi pergi dari sana berbarengan dengan Shania yang keluar dari gerbang. “Lah, udah pulang dia,” kata Shania. “iya. Tapi ngomong – ngomong dia mirip juga ya Ga sama kamu,” ucap Sarah dengan pandangan yang masih mengarah pada Rezzi.

“Masa tan? Orang gantengan Arga juga,” sahut Arga dengan percaya dirinya. Sarah hanya tertawa menanggapi Arga. Sedangkan Shania hanya terdiam karna bingung harus melakukan apa.

“Mana Shan?” tanya Sarah. Shania menyodorkan paper bag biru dan merah muda kepada Sarah. “Aku masuk duluan ya Bunda,” ucap Shania tanpa melihat Arga. dengan cepat Sarah menahan lengan Shania. “kamu gak mau ngomong sama Arga dulu?”

“Udah malem Bun, gak baik.” Shania langsung pergi darisana secepatnya.

“Ya udah deh tan, Arga pulang ya. Makasih oleh – olehnya.” Sebelum benar – benar pergi, Arga mencium punggung tangan Sarah. “Itu yang paper bag merah muda, buat mama kamu ya Ga.”

“Iya tante nanti Arga kasih ke mama.”

-0-

Arga memarkirkan mobilnya di dalam parkiran yang berada di sebelah rumahnya. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya menuju pintu yang berada di dalam garasi. Pintu yang menghubungkan antara garasi dan ruang tengah rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang