12 - Ketahuan

788 49 7
                                    

"Hahahaha...”

Arga semakin terbahak saat melihat wajah Shania yang memerah malu dicampur kesal karena kelakuannya. Arga menekan perutnya karena terlalu lama tertawa.

“Sini, Shan. Mau lagi gak?” goda Arga pada Shania dengan sisa tawanya. Arga menggoda sambil merentangkan tangan kanannya dan perlahan berjalan mendekati Shania.

“Dih Ogah... EH JANGAN DEKET-DEKET!“ Shania melotot dan mengangkat tangan mengisyaratkan Arga untuk tidak mendekatinya.

Arga menurunkan tangan yang Ia rentangkan dan semakin terbahak karena sekali lagi, Ia melihat wajah Shania yang perpaduan malu dan kesal.
Wajah yang selalu muncul saat Arga selalu menggoda Shania. Arga suka itu.

“Dih malah ketawa lagi, Si Onta. Pokoknya gue mau pulang dan lo harus mandi. Nanti gue balik lagi ke sini, lo harus udah mandi, ganti baju, gak mau tau gimana pun caranya lo harus bisa,” ancam Shania. Shania lalu membuka pintu kamar Arga dan berjalan cepat keluar.

“SHAN BALIK KE SINI BAWA MAKANAN YA?” teriak Arga.

Shania yang hendak menuruni tangga pun hanya tersenyum tipis dan melanjutkan kembali berjalan.

-0-

“Assalamu’alaikum, Bunda,” tepuk Shania pada Sarah yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

“Wa’alaikumsalam. Kamu habis ngapain sih? Jalan sampai buru-buru, coba kalau Bunda jatuh tadi gimana?” omel Sarah akan kejadian tadi saat Shania pergi terburu-buru ke rumah Arga.

Shania terkekeh kemudian Shania mengambil potongan kecil roti yang baru selesai Sarah oleskan selai. “Shania minta maaf deh ya, Bun. Tadi tuh Shania kaget liat tangan Arga yang digips gitu, Bun,” jelas Shania dengan menggigit roti yang berada di tangannya.

Sarah menoleh cepat dan mengerutkan keningnya kaget. “Lho kenapa? Kok bisa digips?”

Shania duduk pada kursi bar mini dan menghabiskan roti yang ada di mulutnya. “Aku gak tau, Bun. Palingan juga dia jadi pahlawan lagi buat temen-temennya,” ujar Shania setelah Ia menelan rotinya.

“Tapi keadaan dia gak terlalu parah kan, Shan?” Sarah menghadap sepenuhnya pada Shania.

“Enggak sih, Bun. Cuma kasian deh Bun, masa pas tadi Shania ke rumahnya, Tante Luna malah pergi buat meeting dan parahnya lagi, Tante Luna gak tau kayaknya kalau Arga sakit. Terus tadi kayaknya Om Dio juga udah pergi ke kantor dari pagi.”
Shania berdiri untuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

“Ini hari minggu kok masih kerja aja?”

Shania menenggak air hingga tandas dan kembali menghadap Sarah. “Tau deh, Bun. Dan satu lagi, Bi Ana hari ini libur lagi. Tadi Shania liat Bi Ana siap-siap pulang ke rumahnya gitu. Jadi kayaknya Arga sendirian di rumah lagi deh, Bun. Kasian ya?”

“Ehmm pagi-pagi kalian udah gosip aja ya,” tegur Danial --Papa Shania—tiba-tiba.

“Ih ayah. Shania gak gosip tau. Ini tuh kenyataan.”

“Yaudah kamu sekarang mandi, terus makan. Habis itu anterin makanan nih buat Arga,” potong Sarah.

“Oke!” Shania berjalan ke kamarnya untuk membersihkan kamarnya dan dirinya. Setelah selesai, Ia langsung pergi ke bawah lagi untuk sarapan bersama Ayah dan Bundanya

-0-

Shania berjalan santai memasuki rumah mewah Winata itu seperti rumah sendiri. Shania pergi menuju dapur untuk mengambil peralatan makan dan menyiapkan makanan yang Ia bawa dari rumah, di bar mini.

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang