Suara saut menyaut derungan dari kendaraan beroda empat dan dua terdengar sangat bising di telinga. Ditambah dengan suara sorak dari kelompok yang berdiri di pinggir garis mendukung masing-masing orang yang mereka pilih untuk membawa kemenangan membuat suasana malam menjadi ramai.
"Ngapain sih lo ngajak kita ke sini?" tanya Adnan saat ia sudah datang dengan Danu termasuk Rezzi dan Agam yang diseret paksa oleh Danu.
"Tau nih emang lo mau balapan?" timpal Daris.
"Ehm, sorry nih Ga, gue gak maksud nge-judge lo ya, yang gue tau lo ke sini mau ketemu Rezzi 'kan? Kalau lo mau balapan sama dia kayanya gak akan bisa. Karena dia gak akan mau buat lakuin hal kaya gini. Jadi mending kalau lo punya masalah sama dia omongin aja baik-baik jangan lewat kaya gini," jelas Danu memberitahu.
Rezzi yang mendengar penuturan Danu hanya memandang datar saja seperti bukan dirinya yang sedang dibicarakan.
Sebenarnya pikiran Rezzi jatuh pada kejadian dua hari yang lalu. Dimana Arga memergokinya sedang berdua bersama sahabatnya, Shania.
Dan jika benar Arga mengajaknya ke sini untuk balapan karena hal itu, ia siap karena ia pun lelaki normal yang tidak ingin harga dirinya turun hanya karena tidak ingin balapan dengan alasan mamanya melarang. Selagi tidak ada yang memberi tau mamanya soal ia balapan nanti, mamanya mungkin tidak akan tau, pikirnya.
"Apaan sih lo semua? Gue ngajak ketemu dia di sini tuh buat bayar utang," jawab Arga.
Semuanya mengerutkan dahinya bingung. Kecuali Daris yang membuka mulutnya tidak percaya. Kenapa bayar hutang harus ketempat balapan liar segala?
"Utang?" tanya Rezzi sama bingungnya seperti yang lain.
"Iya kan waktu itu gue pernah jatuh di sini dan dibawa ke rumah sakit. Terus yang bay-"
Prok... prok.. prok
Tepukan itu membuat ucapan Arga terhenti. Dan semua mata mengalihkan perhatiannya pada sumber suara.
"Wow! Ternyata lo sama Arga satu geng? Pantes aja waktu itu lo nyelametin Shania," ucap Revo tiba-tiba dengan senyum miringnya.
Arga maju dua langkah agar bisa lebih dekat dengan musuh bebuyutannya. Rahang Arga mengeras. "Maksud lo apaan? Lo ngapain Shania?"
"Oh jadi lo gak tau kalau gue sentuh cewek lo?" Senyum licik itu terpampang di muka menyebalkannya. Revo sedang memancing emosi Arga.
BUGH!
Satu tinjuan di pipi Revo pun mendarat dan membuat Revo terhuyung. Arga benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan emosinya pada makhluk di hadapannya.
"Jangan pernah lo sentuh Shania sedikit pun. Dan kalau lo berani sentuh dia, jangan harap hidup lo tenang bangsat!" desis Arga.
Adnan dan Daris menahan tubuh Arga agar tidak berbuat lebih pada Revo.
Revo menyeka ujung bibirnya mengeluarkan cairan merah yang kental. Namun bibirnya tetap menampilkan senyum liciknya. "Tapi sayangnya gue udah sentuh dia. Gimana dong?"
"Sialan!"
Satu tinjuan lagi yang Arga berikan untuknya. Revo juga tak mau kalah membalas tinjuan Arga. Adnan dan Daris tidak kuat menahan Arga yang sedang emosi sehingga pegangannya terlepas.
Saat melihat mereka berdua sudah saling tinju satu sama lain, Daris, Adnan serta Agam dan Danu membantu memisahkan mereka dan menahan Arga. Adnan dan Daris menahan Arga dan Agam dan Danu menahan Revo.
"Udah Ga! Lo gak usah ladenin dia. Dia itu cuma mancing emosi lo aja!" seru Daris kesal.
"Lepasin gue! Dia udah berani sentuh Shania, Ris. Gue gak bisa biarin gitu aja." Arga terus berontak agar bisa dilepaskan namun sial itu semua tidak bisa karena Adnan dan Daris menahan kuat Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Leave
Teen Fiction[REVISI SETELAH CERITA BERAKHIR] "Mencintai dia sama hal nya saat gue mencintai salah satu bintang di langit tapi gak pernah bisa buat gue sentuh bahkan gue gapai. Tapi gue tetap setia di bawah sini buat liat dia walau rasanya cuma bisa mandang dari...