28 - Terpaksa

468 25 1
                                    

"Enak loh Ga, es krim vanila nya. Thanks ya," ucap Shania setelah menjilat jilatan terakhir dari ice cream vanila yang baru Arga berikan.

Sebelum nya, setelah Nara sampai di rumah Shania, Ia langsung berjalan cepat ke arah kamar Shania. Nara ingin sekali menjahili Arga karena lebih memilih tidur daripada menjemputnya. Ditambah membiarkan Shania seorang diri menjemput dirinya malam-malam. Nara tentu kesal serta khawatir tentang hal itu.

Akhirnya Arga bangun setelah Nara menjahili nya dengan berbagai macam benda yang hinggap di tubuh Arga. Arga memang suka susah bangun jika sudah kelelahan.

Sekarang mereka bertiga sedang di perjalanan pulang ke rumah Shania karena tadi tiba-tiba Arga mengajak dua sahabatnya tersebut pergi keluar. Dan ternyata Arga membelikan ice cream untuk mereka.

"Iya sama-sama. Anggap aja itu permintaan maaf dari gue ke lo berdua soal yang tadi," kata Arga terdengar sedikit menyesal.

"Oke gue terima maaf lo," sahut Nara sombong.

"Iya Ga, lagian gue maklum kok, pasti tadi lo sibuk banget buat ngurusin tim basket. Makanya pules banget tidur di kamar gue kan," sahut Shania yang lebih enak didengar jawabannya di bandingkan Nara.

Arga tersenyum senang lalu mengulurkan tangan kirinya untuk mengusap rambut Shania yang saat ini tergerai. "Lo mah emang paling ngertiin gue. Gak kayak yang di belakang gak tau diri," sindir Arga pada Nara yang memang saat ini duduk di jok belakang penumpang, sendiri.

Nara yang merasa tersindir langsung menghentikan aktivitas makan nya lalu menyembulkan kepalanya di tengah-tengah kursi depan dan menatap Arga tajam.

"Maksud lo, gue?" tanya Nara.

"Gue gak ngomong lo ya. Tapi kalau lo kesindir bagus deh," sindir Arga menyebalkan.

"Nah kan mulai lagi. Udah deh baikan sebelum gue tendang lo berdua keluar mobil," ancam Shania. Ia saat ini sedang mengantuk dan ingin segera memeluk guling tersayang nya.

"Sadis amat," sahut Arga.

"Ya udah oke. Arga gue minta maaf ya," ucap Nara yang terdengar sungguh-sungguh.

Namun bukan jawaban yang Nara dapat, melainkan Arga yang mengerem mobil nya mendadak dan membuat Nara tersungkur ke depan.

"ANJIRR ARGA IDUNG GUE!" Nara menabok pundak Arga kesal.

Tidak ada balasan dari Arga, hanya hening yang tercipta. Arga dan Shania tiba-tiba menatap lurus ke depan tanpa menanggapi keluhan Nara.
Beberapa detik terdiam, Arga langsung keluar mobil dan diikuti oleh Shania. Nara yang masih mengelus hidungnya tidak sadar bahwa kedua sahabatnya sudah keluar dari mobil.

"Lo tuh ya kalau gak ni-" Nara terhenti saat menyadari bahwa kedua sahabatnya tidak ada "lah ini kok pada gak ada sih?" Arah pandang Nara langsung tertuju pada kerumunan di luar sana.

Nara lantas keluar dari mobil dan menghampiri Shania yang saat ini sedang berdiri dengan perempuan di pelukan nya. Perempuan itu menangis sesenggukkan di pelukan Shania.

Bingung dengan keadaan sekitar, Nara pun menyipitkan matanya dan bergumam. "Itu Revo?"

Tidak salah lagi itu pasti Revo.

Mantan Nara yang saat ini sedang ada di tengah-tengah kerumunan itu sedang berkelahi dengan Alfha. Abang nya Arga.

"Sshh udah ya Kak, bang Alfha gak apa-apa kok, kan udah ada Arga yang bantu." Shania mengusap punggung kekasih Alfha itu pelan.

"Tapi mereka jumlahnya banyak, Shan. Sedang kan Alfha cuma berdua sama Arga," ujar nya sesenggukkan.

Jujur Shania pun khawatir pada Arga dan Alfha yang diserang oleh kurang lebih lima orang. Lima lawan dua. Namun ia berusaha untuk tidak terlihat khawatir. Nara pun sama khawatir nya. Ia melihat pertarungan itu dengan cemas.

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang